[Bahasa]: Sanggar Karawitan Mudo Raharjo merupakan kelompok penggiat seni budaya yang lahir dari kecintaan masyarakat transmigran asal Jawa Tengah di Desa Margotani Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan. Pada awal pembentukan, kelompok sanggar melestarikan kesenian musik karawitan dengan hiburan seni ketoprak. Namun, eksistensi kegiatan seni karawitan dan ketoprak sudah mulai berkurang karena beberapa pemain sudah mulai tidak ada. Di sisi lain, proses regenerasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan sanggar dan hilangnya pewaris seni budaya leluhur sehingga diperlukan adanya pelatihan pengembangan kreatifitas seni budaya dan pelatihan pemasaran secara online. Pelatihan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan jiwa kreativitas dan socialpreneur sehingga mitra kedepannya dapat menghasilkan karya unggulan yang dibutuhkan pasar dan bernilai ekonomi tinggi. Pelatihan menggunakan pendekatan Asset Based Community Development (ABCD) yang dilakukan pada 30 orang, terdiri dari kelompok orang tua dan kelompok remaja yang ada di Desa Margotani. Pelatihan yang diberikan mencakup teknis produksi karya, seperti pelatihan Dalang, prosesi Temon, tari kreasi dan tradisional Jawa, dan pemasaran karya melaui pembuatan media pemasaran secara online. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta dari 6,7% menjadi 72,8%. Selain itu, juga terjadi peningkatan kreativitas dari yang sebelumnya hanya memainkan seni karawitan menjadi mampu memainkan seni tari kreasi tradisi, prosesi adat temu manten, dan berperan sebagai Dalang. Hasil wawancara menunjukan bahwa peserta memperoleh motivasi, dorongan, terbukanya jalan untuk melanjutkan dan mengembangkan kesenian karawitan agar dapat dikenal oleh publik sehingga bernilai ekonomi yang dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Kata Kunci: seni budaya, pelatihan, sanggar karawitan [English]: The Mudo Raharjo Karawitan Studio is a group of arts and culture activists born from the love of the transmigrant community from Central Java in Margotani Village, East Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatra Province. At the beginning of its formation, the studio group preserved the art of Karawitan music with Ketoprak art entertainment. However, musical and Ketoprak art activities have decreased because some players have begun to disappear. On the other hand, the regeneration process does not work as it should. This condition results in reduced income for studios and the loss of heirs to ancestral arts and culture, so there is a need for training in the development of creative arts and culture and online marketing training. This training aims to develop the spirit of creativity and social entrepreneurship so that future partners can produce superior work that is needed by the market and has high economic value. The training used the Asset Based Community Development (ABCD) approach, which was carried out on 30 people, consisting of parents and youth groups in Margotani Village. The training includes technical work production, such as Dalang training, Temon processions, creative and traditional Javanese dances, and marketing works through creating online marketing media. The results of the community service program showed an increase in participants' knowledge from 6.7% to 72.8%. Apart from that, there was also an increase in creativity from previously only playing musical arts to being able to play traditional dance creations, traditional meeting Manten processions, and acting as Dalang. The results of the interviews showed that the participants received motivation and encouragement and opened up a way to continue and develop the art of karawitan so that the public can recognize that it has economic value that can realize the welfare of the village community. Keywords: arts and culture, training, karawitan studio
Read full abstract