Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan rekonstruksi estetis diskriminasi gender dalam lingkunganpesantren dan model kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis sebagai media pendekatan untuk mengungkapkan resistansi dan model resistansi. Kritik sastra feminis dianggap sebagai kehidupan baru dalam kritik berdasarkan perasaan, pikiran, dan tanggapan dari para perempuan berdasarkan penglihatan terhadap peran dan kedudukannya dalam dunia sastra. Melalui teori kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa resistansi dan model resistansi dalam novel Perempuan Berkalung Sorban (PBS) merupakan peristiwa diskriminasi gender yang telah terjadi secara terstruktur dan masif yang dibangun dari unsur dalam dan luar karya sastra, yaitu pemanfaatan usia, latar dalam lingkungan rumah, sekolah, dan perkawinan. Sementara itu, agama Islam telah dimanfaatkan sebagai tempat berlindung bagi kemapanan budaya mengpatriarkal dalam berbagai ranah kehidupan. Model kesetaraan gender akhirnya ditunjukkan melalui perkawinan kedua Nisa dengan Lek Khudori. Perkawinan Nisa ketika dewasa tersebut adalah perkawinan yang menjadi model kesetaraan gender yang diidealkan atau yang dicita-citakan yang menjadi bentuk resistansi terhadap perkawinannya yang pertama dengan Syamsuddin.
Published Version (Free)
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have