Abstract

Isu gender dalam pelayanan gereja di zaman ini ternyata masih menjadi isu yang layak diperbincangkan. Kenyataan menunjukkan bahwa perempuan masih dibatasi peranannya untuk melayani di gereja maupun lembaga-lembaga Kristen yang ada. Padahal pelayanan bukan merupakan masalah gender, melainkan merupakan sebuah wujud kasih, penyembahan dan pengabdian kepada Tuhan, sekaligus merupakan sebuah panggilan dari Tuhan berdasarkan kemampuan dan talenta yang Tuhan berikan. Tidak seharusnya perempuan dilarang untuk melayani Tuhan di bidang apapun hanya karena gendernya. Perempuan seharusnya diberikan kesempatan yang sebesar-besarnya, seperti halnya laki-laki, untuk mewujudkan kasih, penyembahan dan pengabdiannya kepada Tuhan, berdasarkan panggilan dan kompetensi yang Tuhan berikan kepadanya. Pernyataan tesis ini akan dibuktikan dalam artikel ini melalui alasan-alasan yang menggunakan perspektif honor and shame dalam membaca teks Yohanes 12:1-8. Kisah Marta dan Maria dalam melayani Tuhan di Yohanes 12:1-8, yang apabila dibaca dari perspektif honor and shame, akan memperlihatkan respons Yesus yang menghargai dan memberikan posisi yang terhormat kepada perempuan, melalui pemberian makna terhadap pelayanan yang Maria lakukan. Dengan demikian, teguran “Let her alone!” dari Yesus kepada Yudas, menjadi teguran yang mengingatkan siapapun yang melarang perempuan melayani Tuhan hanya karena keberatan gender.

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.