Abstract

Banjir besar kembali melanda enam kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 2 November 2018. Banjir terjadi disebabkan oleh debit sungai yang meluap akibat hujan sangat lebat yang terjadi di bagian hulu dan hilir. Dampak banjir bandang tersebut mengakibatkan 600 rumah terendam banjir, 3 jembatan putus dan menelan korban jiwa. Karena dampak tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk meninjau kondisi suhu permukaan laut, mean sea level pressure, nilai transport uap air, streamline, data citra satelit Himawari-8 dan data citra radar cuaca C-Band. Data diolah dalam bentuk grafik dan peta spasial kemudian dilakukan analisis deskriptif yang meliputi analisis temporal dan analisis spasial. Berdasarkan hasil analisis hujan sangat lebat yang terjadi di wilayah Padang dipicu oleh gangguan cuaca skala regional berupa adanya pola shearline atau komponen zona arah lintasan angin yang mengalami perubahan secara tiba-tiba yang sejajar dengan angin horizontal dan daerah tekanan rendah yang menimbulkan konvergensi di pesisir kota Padang, kemudian nilai transport uap air yang cukup tinggi yaitu kisaran antara 700-1100 Kg/ms-1 pada lapisan 1000-300 mb. Terjadinya hujan lebat seringkali terkait dengan keberadaan awan Cumulonimbus (Cb). Hal ini dikarenakan karakteristik awan Cb dengan dimensi yang besar serta mengandung banyak partikel presipitasi seperti air dan kristal es. Kondisi ini didukung dengan keberadaan awan Cb berdasarkan analisis time series citra satelit Himawari-8 dan nilai reflektifitas radar berada pada nilai 45-60 dBz. Pada tanggal 2 November 2018, hampir seluruh awan hujan yang muncul mempunyai ketebalan lebih dari 7 km, dimana suhu puncak awan terendah mencapai nilai -72.5°C.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call