Abstract

Budaya yang berkembang di wilayah Mandalika merupakan aset mahal dalam mengembangkan pariwisata dengan pendekatan storynomics tourism. Adanya hal ini, menyebabkan Mandalika dicanangkan sebagai kawasan destinasi prioritas oleh Kemenparekraf/Baparenkraf RI. Ditambah lagi dengan adanya keberadaan Sirkuit Mandalika kini menyebabkan Mandalika memperoleh status Kawasan Ekonomi Khusus. Namun muncul masalah menjamurnya gerai-gerai kerajinan khas Lombok di sekitar Sirkuit Mandalika, yang menyebabkan kondisi kumuh (ghetto). Oleh karenanya, peneliti dan pihak ITDC melakukan kolaborasi dalam kegiatan matching fund, untuk merancang gerai-gerai kerajinan tersebut agar lebih tertata dan estetis menggunakan pendekatan storynomics tourism. Metode yang digunakan terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap inspirasi, tahap gagasan, dan tahap implementasi. Hasilnya narasi dalam pendekatan storynomics tourism telah diimplementasikan ke dalam rancangan interior di kawasan gerai kerajinan dan souvenir. Penggunaan identitas lokal seperti bentuk lumbung, bentuk dan warna nyale, motif songket Subahnale, peresean, motif anyaman ketak dan rotan, bentuk cupu, hingga kisa Puteri Mandalika, berhasil dimplementasikan ke dalam elemen-elemen ruang dan massa bangunan.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call