Abstract

The focus of this writing study aims to share a reflection of the experience of encounters between Javanese culture and Manggarai culture in Bagorejo Banyuwangi, East Java. The experience of this encounter reminds the author of the importance of multicultural education in Indonesia. As a pluralistic nation, encounters with other cultures cannot be avoided. On the one hand, the encounter enriches one another. However, on the other hand, the encounter caused a lot of conflict because of different perceptions and views. Based on this, it is very necessary to have a multicultural education system that starts from the elementary school level through learning and the introduction of other cultures. Through an education system like this, the authors found that to overcome attitudes of intolerance and radicalism that often occur in the country, an adequate multicultural understanding is needed. One of them is through multicultural learning which can be carried out with the Live-In program like the author did.

Highlights

  • Purnama yang dituduh mempelintir ayatAl- Quran, padahal ia mengkritik kaum puritan yang menggunakan sentimen agama untuk menjatuhkan lawan politik

  • The focus of this writing study aims to share a reflection of the experience of encounters

  • The experience of this encounter reminds the author of the importance of multicultural education

Read more

Summary

Purnama yang dituduh mempelintir ayat

Al- Quran, padahal ia mengkritik kaum puritan yang menggunakan sentimen agama untuk menjatuhkan lawan politik. Program Live-In ini sangat penting bukan hanya untuk melepaskan kepenatan setelah menyelesaikan studi dua semester tetapi juga melatih kepekaan pastoral dengan situasi dan kebudayaan baru. Pengalaman Live-In di Bagorejo-Bayuwangi Jawa Timur yang menjadi dasar studi penelitian ini bukan hanya suatu kisah, mitos atau cerita tetapi suatu kebenaran. Ketika penulis mendengar sharing dari sebuah keluarga dimana bapak keluarga menganut agama Katolik sedangkan isteri dan anak-anaknya muslim, keluarga ini bercerita bahwa yang paling penting bagi keluarga ini adalah bukan perbedaan agama tetapi sejauh mana agama itu membantu mereka untuk hidup saling mengasihi. Penulis bersyukur atas pengalaman Live-In selama sebulan di Paroki Bunda Maria Ratu Para Rasul Curahjati khususnya di Bagorejo, karena dibantu untuk semakin menghayati panggilan hidup saya sebagai seorang biarawan sekaligus menjadi bahan pembelajaran bahwa sebagai orang Indonesia semangat multikultural adalah jiwa dan dasar hidup berbangsa serta bernegara

Hambatan Dan Tantangan Komunikasi Dalam Perjumpaan Dengan Kebudayaan Baru
Melalui Pendidikan Berbasis Multikultural Di
Meminimalisir Konflik dalam Era Pluralitas
Sebagai Alternatif Penanaman Nilai Moral
Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call