Abstract

Konstitusi Indonesia UUD 1945 menjamin kemerdekaan beragama dan beribadat. Namun, kelompok waria kerap kali mengalami diskriminasi, salah satunya dalam hal beribadah. Waria yang beragama Islam juga berhak untuk beribadah dan belajar agamanya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan metode dakwah inklusif di Pesantren Waria Al-Fattah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kajian pustaka untuk mengungkapkan penerapan komunikasi profetik yang digunakan para pengajar kepada santri waria. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Pesantren Waria Al-Fattah menggunakan pendekatan komunikasi profetik yang bersifat inklusif, yaitu terbuka pada setiap golongan, menerima perbedaan dan bersifat humanis, tidak ada pemaksaan dalam berkeyakinan terhadap kondisi diri mereka sehingga para waria menjadi nyaman dalam beribadah dan belajar agama. Hasil temuan ini penting dalam pengembangan pembinaan keagamaan atau dakwah bagi kelompok rentan dan termarginalkan seperti kelompok waria ini. Aktivis sosial dan dakwah dapat memanfaatkan metode komunikasi profetik untuk membimbing keagamaan kelompok-kelompok marginal di masyarakat melalui pendekatan yang inklusif dan humanis.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call