Abstract
Early childhood is the age when it grows its era of sensitive to the development of cognitive ability, physical-motor, language, socio-emotional, moral value of religion. At this time the administration of the lack must be adjusted to the age level. Calistung can already be applied to improve early childhood as long as the development aspect. Calistung was introduced by Maria Montessori and Gleen Doman. The process of learning education in early childhood should be recorded in order to provide meaningful concept through real experience.
Highlights
Childhood is the age when it grows its era of sensitive to the development of cognitive ability, physical-motor, language, socio-emotional, moral value of religion. At this time the administration of the lack must be adjusted to the age level
Calistung was introduced by Maria Montessori and Gleen Doman
The process of learning education in early childhood should be recorded in order to provide meaningful concept through real experience
Summary
Sedangkan pihak yang menyetujui pembelian model calistung pada anak usia dini didasari pada asumsi bahwa kurikulum kelas 1 SD hanya bisa diikuti oleh anak-anak yang sudah lancar membaca. Pendidikan anak usia dini (PAUD) salah satu jenjang pendidikan sebelum memasuki sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6-7 melalui pemberian rangsangan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangkan jasmani dan rohani anak. Bermain dan berkreativitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuai dengan tahap perkembangannya dan kebutuhan spesifik anak (Patmonodewo, 2010). Pendidikan anak usia dini pada dasarnya menerapkan seluruh upaya yang dilakukan pendidik dan orangtua untuk memenuhi proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan dengan tujuan menciptakan lingkungan dimana anak mengeksplorasi pengalaman kepada anak. Secara psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lainnya, yaitu 1) Bersifat egoisantris naif, anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan orang lain. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri (Suryana, 2016)
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
More From: Aṭfālunā: Journal of Islamic Early Childhood Education
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.