Abstract

Ketidakmampuan nalar manusia untuk memahami secara utuh tentang dirinya sendiri dan berbagai hal yang berada di dalam alam semesta ini merupakan suatu kenyataan atas natur manusia sebagai makhluk yang terbatas atau tidak sempurna. Dalam rangka menjembatani kesenjangan atau keterbatasan nalarnya, manusia cenderung menggunakan metafora untuk menjelaskan berbagai hal yang dirasa asing atau sulit untuk dipahami secara komprehensif. Pada dasarnya, metafora ini sendiri merupakan salah satu instrumen untuk berteologi. Menggunakan pendekatan metafora untuk memandang keberadaan multi-oikos dapat membuat seorang teolog menemukan atau merumuskan berbagai gagasan teologis yang segar dan relevan dalam berbagai konteks. Penelitian ini sendiri dikerjakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, secara khusus lewat bantuan studi pustaka. Lewat pendekatan teologi konstruktif, artikel ini menegaskan bahwa gagasan Allah sebagai The Ultimate Oikos merupakan dasar untuk memaknai oikos dalam berbagai varian skala dan bentuknya. Selain itu, dengan menggunakan lensa Trinitas sebagai basis teologis, artikel ini membahas tentang relasi (being) dan aksi (doing) dari ketiga pribadi Allah yang harus dimaknai secara simultan dalam rangka menjadi fundamen atas nilai-nilai esensial dari oikos. Dengan demikian, artikel ini menawarkan suatu paradigma kreatif dan imajinatif untuk mengonstruksi suatu teologi multi-oikos sebagai basis dalam berteologi. Artikel ini diakhiri dengan suatu refleksi yang memperlihatkan bahwa seorang teolog perlu memiliki kesadaran dan kepekaan untuk mempertimbangkan keberadaan multi-oikos dalam aktivitas berteologinya.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call