Abstract

Sebagai pemegang keputusan tertinggi ASEAN satu tahun kedepan, Indonesia harus mampu menyikapi tantangan dalam kawasan, termasuk konflik Myanmar yang hingga saat ini masih memanas. Lima konsensus yang disepakati ASEAN tahun 2021 sebagai upaya damai di Myanmar, masih terkesan lemah untuk menopang perdamaian. Kondisi serupa juga pernah dialami oleh Indonesia di tahun 1976-2005 yaitu konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Indonesia yang berhasil didamaikan melalui kesepakatan MoU Helsinki yang dicetus oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dimediasi oleh Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, perwakilan Uni Eropa dan anggota ASEAN. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi diplomasinya dalam memfasilitasi perdamaian untuk Myanmar pada era keketuaannya di ASEAN, dengan bercermin pada keberhasilan Indonesia dalam konflik antara GAM dan Indonesia. Penelitian dalam artikel ini menggunakan metode penelitian pustaka dengan menggunakan artikel jurnal, laporan, perundang-undangan pemerintah dan organisasi internasional yang telah dipublikasi melalui website resmi mereka. Hasil temuan yang disajikan penulis yaitu Indonesia seharusnya mampu memanfaatkan posisinya sebagai ketua ASEAN dengan mengoptimalkan diplomasi melalui dialog seluas-luasnya dalam penyelesaian konflik Myanmar, seperti yang terjadi di Aceh. Kata Kunci: ASEAN; Indonesia; Myanmar; Konsensus; Diplomasi

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.