Abstract
Small and medium businesses (SMEs) have developed rapidly in Indonesia, especially for the food sector. One of the most productive UKM in Prabumulih city is UKM Melati which produces pineapple chips from pineapple which is a regional superior product from Prabumulih city. To get dried and tasty pineapple chips, frying is done by using a vacuum frying method that requires a lot of cooking oil. The results of vacuum drying frying will produce used browning frying oil or used cooking oil and cannot be reused if the characteristics of used cooking oil exceed the standard. For this reason, an analysis is needed to determine the characteristics of used cooking oil from the results of the production of pineapple chip vacuum vacuum frying methods. From the results of the analysis that has been carried out on filtered used cooking oil, the value of free fatty acid (FFA) is 4.9% (maximum requirement 0.3%) and peroxide value 1.8 Meq/kg. Thus, used cooking oil cannot be used anymore for frying.
Highlights
Minyak jelantah adalah minyak minyak bekas hasil penggorengan makanan yang tekah dipakai berulang kali, baik hasil penggorengan di rumah tangga maupun dari pusat jajanan ataupun rumah makan [1,2,3,4]
Minyak jelantah juga mempunyai sifat fisik dan kimia yang dapat dijadikan dasar dalam hal pemilihan untuk pemakaian minyak jelantah tersebut yang dapat dilihat pada Table 3
Separation Process Biodiesel for Waste Cooking Oil using Ultrafiltration Membranes
Summary
Minyak jelantah adalah minyak minyak bekas hasil penggorengan makanan yang tekah dipakai berulang kali, baik hasil penggorengan di rumah tangga maupun dari pusat jajanan ataupun rumah makan [1,2,3,4]. Minyak jelantah termasuk golongan minyak nabati yang berasal dari minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Diperkirakan jumlah minyak jelantah yang berasal dari penggunaan rumah tangga dan rumah makan mencapai 3,88 juta ton per tahun [6]. Akibat dari pemanasan yang berulang, maka penggunaan minyak jelantah akan membahayakan kesehatan manusia dikarenakan minyak jelantah tersebut mengandung beberapa senyawa yang berbahaya antara lain polimer, aldehid, asam lemak bebas, dan senyawa aromatik [7]. Penggunaan minyak jelantah hanya diperbolehkan sampai empat kali pemakaian karena setelah dilakukan pemanasan berulang akan menghasilkan radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kanker [8]
Published Version (
Free)
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have