Abstract

 AbstractA number of suicide bombings committed by the terrorist groups in Indonesia have caused a prolonged trauma in the lives of the victims’ families. However, the trauma is not experienced only by the victims’ families; some members of the terrorists’ families, specifically children are also found to experience it. They face discrimination and stigma in the society. They might be exposed to and influenced by the environments overwhelmed with many violent terrorist attacks. On the other hand, living in members of family involved in violence and terrorisms, these children would be susceptible to follow the path of being violent and terrorists. Besides being exposed to radical thoughts, seeing their parents treated badly by the society and the police officers may cause a serious trauma and phycological burden among the children that may lead them to come up with the retaliation. It is important to transform the way we treat children of the terrorists' families. Rather than being isolated and stigmatized, families I suggest a more children-friendly approach in dealing with children of the terrorists’ families in order to heal their trauma as well as deradicalize their mindsets. This approach is expected to play a vital role in protecting children from being radicalized and in breaking the vicious cycle of terrorism in family settings. This paper has an objective to explore the important of protection for children who come from the terrorist’s families. The study uses a qualitative descriptive method that aims to elucidate a problem and its solution through literature review pertaining to the issues on from child protection from terrorists’ influences. KeywordsDeradicalization, Child Protection, Children of Terrorists, Terrorism AbstrakBerbagai peristiwa bom bunuh diri di Indonesia yang dilakukan pelaku terorisme menyisakan luka mendalam, bahkan trauma berkepanjangan bagi keluarga korban dari peristiwa tersebut. Begitupula yang dihadapi keluarga pelaku terorisme, terutama anak-anak. Mereka mengalami diskriminasi dan stigma di masyarakat. Di sisi lain, anak sangat mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya; anak-anak dari keluarga teroris rentan mengikutinya perilaku dan cara berpikir orang tuanya yang terlibat terorisme, dan punya kemungkinan besar mengikut jalan sebagai teroris. Selain karena bersentuhan dengan pemikiran radikal orang tuanya, keterlibatan anak-anak dalam gerakan terorisme sebagai “pelarian” akibat beban psikis dan sosial karena stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Apalagi stigma dan diskriminasi itu membuat anak-anak tidak memiliki pilihan bebas dalam masyarakat, baik dalam Pendidikan atau pekerjaan. Dendam setelah menyaksikan perlakuan aparat kepolisian terhadap orang tua mereka yang terlibat aksi terorisme juga bisa menjadi pendorong keterlibatan anak-anak dari keluarga teroris mengikuti jalan orang tuanya.Penanganan anak dari pelaku terorisme memerlukan upaya dan pendekatan khusus dengan tujuan deradikalisasi. Upaya ini membutuhkan pendekatan yang lunak demi membersihkan pengaruh perilaku dan cara berpikir terorisme orang tua mereka. Upaya ini akan memutus lingkaran terorisme agar anak-anak menemukan pilihan selain mengikuti jejak orang tua mereka yang terlibat aksi terorisme. Tulisan ini mendisukusikan pentingnya upaya perlindungan bagi anak dari pelaku terorisme dengan pendekatan lunak dan edukatif. Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menjelaskan suatu topik masalah dan menawarkan solusi melalui temuan-temuan pustaka terkait perlindungan anak dari pelaku aksi terorisme. Kata Kunci Deradikalisasi, Perlindungan Anak, Anak Keluarga Teroris, Terorisme.Â

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call