Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Liang Anggang Kota Banjarbaru seluas 960 ha. Fungsi hutan lindung adalah sebagai penyerap karbon, konservasi air, jasa lingkungan dan menambah estetika, tetapi sekarang kondisi penutupan lahannya sering mengalami kebakaran dan konversi hutan menjadi lahan pertanian. Kondisi seperti ini diduga dapat mepercepat proses dekomposisi gambutnya. Sejauh pengetahuan penulis belum ada penelitian dekomposisi gambut dalam bentuk data spasial yang sangat penting untuk menyusun rencana pengelolaan kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun informasi dekomposisi gambut dan penyebarannya dalam bentuk data spasial.  Metode yang digunakan adalah pengamatan menggunakan bor tanah gambut sebanyak 39 titik, yang tersebar secara sistematik berjarak 500m x 500m. Data spasial dekomposisi gambut dianalisis menggunakan ArcGIS software, dimulai dengan plotting posisi, dilanjutkan membangun data atributnya. Batas tingkat dekomposisi tidak berubah secara tiba – tiba melainkan berubah secara gradual. Untuk mengkuantitatifkan data kualitatif, maka dekomposisi gambut fibrik, hemik dan saprik diberi angka ID berturut – turut 1, 2 dan 3, sehingga cocok interpolasinya menggunakan tools: Inverse Distance Weighted dengan interval 1cm, yaitu klas <1,5, 1,5 - 2,5 dan >2,5cm. Terakhir menghitung luasnya menggunakan tool geometry calculate. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 837,9 ha (85,9%) merupakan gambut saprik.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call