Hama merupakan salah satu kendala utama dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau di Indonesia. Saat ini, pengendalian konvensional menggunakan pestisida sintetik kurang berhasil karena populasi dan kerusakan akibat hama masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan biopestisida sebagai teknologi pengendalian hama utama kacang hijau yang dibandingkan dengan efikasi pestisida sintetik. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok, lima perlakuan diulang lima kali. Perlakuan yang diuji, yaitu P1: aplikasi serbuk biji mimba (SBM), virus ulat grayak (Virgra) dari Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus, dan konidia cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (BeBas) secara preventif; P2: aplikasi SBM, Virgra, dan BeBas berdasarkan ambang ekonomi (AE); P3: aplikasi pestisida sintetik sesuai jadwal; P4: aplikasi pestisida sintetik berdasarkan AE; dan P5: tanpa pengendalian (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang berkembang adalah ulat grayak (Spodoptera litura (Fabricius)), kutukebul (Bemisia tabaci (Gennadius)), Empoasca sp., Megalurothrips usitatus (Bagnall), kepik coklat (Riptortus linearis (Fabricius)), kepik hijau (Nezara viridula (Linnaeus)), dan hama penggerek polong (Maruca testulalis (Geyer)). Aplikasi biopestisida SBM, Virgra, dan BeBas secara preventif dan aplikasi pestisida sintetik sesuai jadwal efektif menekan populasi hama utama kacang hijau, sedangkan aplikasi biopestisida dan pestisida sintetik berdasarkan AE tidak mampu menekan perkembangan populasi hama utama. Aplikasi biopestisida secara preventif maupun berdasarkan AE lebih aman terhadap kelangsungan hidup musuh alami, sedangkan aplikasi pestisida sintetik dapat membunuh musuh alami yang ada. Biopestisida SBM, Virgra, dan BeBas yang diaplikasikan secara preventif dan terintegrasi berpotensi sebagai inovasi teknologi pengendalian hama utama kacang hijau untuk menggantikan pestisida sintetik.