Abstrak - Berbagai prinsip dan tradisi arsitektur klasik India telah dikumpulkan dan dilestarikan dalam kajian yang dikenal sebagai Vāstuśāstra. Cabang keilmuan klasik India ini merupakan perwujudan arsitektural dari nilai-nilai Hindu ideal, dan karena itulah ide-ide di dalamnya memiliki pengaruh signifikan terhadap arsitektur keagamaan dalam wilayah budaya India Raya yang mencapai Pulau Jawa kuno. Meskipun pengaruh India dapat dikenali dalam desain candi Hindu Jawa era Mataram Kuno, seberapa jauh vāstuśāstra India dijadikan panutan lebih sulit untuk diamati, mengingat bahwa candi Jawa memiliki sejumlah elemen arsitektural yang tidak ditemukan dalam vāstuśāstra maupun kuil India. Dengan mengidentifikasi dan membandingkan bagian-bagian vāstuśāstra yang relevan serta purwarupa India kuno dengan peninggalan candi Jawa, maka dapat terlihat elemen arsitektural yang merupakan bagian dari kontinuitas lingkup budaya India serta bagian yang merupakan local genius. Penelitian ini menggunakan metode komparasi kualitatif dengan pendekatan historis dan tekstual. Penulis berfokus pada sosok serta penataan sosok dan rupa. Penelitian ini mengumpulkan dan membandingkan berbagai bagian vāstuśāstra yang relevan serta contoh-contoh India dari studi pustaka untuk dibandingkan dengan data dari enam sampel candi era Mataram Kuno, tiga dari masa tua dan tiga dari masa tengah.Perbandingan oleh penulis menunjukkan sejumlah hasil. Pertama, sosok candi Hindu Jawa era Mataram Kuno sesuai dengan bentuk dasar kuil Hindu India sebagaimana yang dituturkan dalam vāstuśāstra, dengan tujuh bagian vertikal yang disebut Upapīṭha, Adhiṣṭhāna, Pada, Prastara, Gala, Śikhara, dan Stūpi. Namun begitu, sejumlah detil arsitektural dari elemen-elemen tersebut memiliki perbedaan yang kentara dengan desain tipikal India serta penuturan dalam vāstuśāstra. Sebagai contoh, Kala-Makara Jawa tidak mengikuti Toraṇa-Makara India sebagaimana yang dituturkan dalam Mānasāra. Beberapa elemen Jawa bahkan tidak memiliki purwarupa India sama sekali. Kedua, tata massa dan tata ruang candi Jawa memiliki perbedaan yang lebih kentara lagi dengan kuil India. Pada kasus orientasi, candi Jawa dapat menghadap barat atau timur sementara sebagian besar kuil India menghadap timur. Sementara itu dalam perihal penataan massa, penataan tipikal Jawa dengan satu candi utama yang berhadapan dengan jejeran tiga candi sekunder sama sekali tidak ditemukan di India. Sebaliknya, penataan India yang memiliki Maṇḍapa di depan menara kuil utama juga sama sekali tidak terlihat pada candi Jawa.Penelitian ini menunjukkan bahwa relasi antar candi Jawa dan vāstuśāstra tampaknya renggang dan fleksibel; kitab vāstu pada tataran tertentu digunakan pada aspek bentuk dasar, namun tidak diikuti dalam detil pengolahan. Para perancang candi Jawa mengikuti dan mengabaikan berbagai bagian vāstuśāstra sesuai kondisi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh perbedaan material maupun perbedaan selera yang membentuk local genius. Perancang Jawa tidak pernah sekedar membangun imitasi akurat kuil India di pulau Jawa, rancangan candi Jawa menunjukkan adanya kreativitas dan sifat selektif dalam meyikapi pengaruh asing sehingga tercipta rancangan inovatif yang unik. Pada fase klasik tua, pengaruh India masih dapat terlihat sedemikian rupa sehingga candi dapat dianggap sebagai suatu fenomena India yang dilokalkan. Namun seiring waktu dari masa pembangunan Candi Prambanan hingga seterusnya, purwarupa India menjadi semakin sulit dideteksi sehingga candi menjadi produk arsitektur yang sepenuhnya lokal.