Abstract

Pilihan seseorang untuk tidak memiliki anak dikenal dengan istilah childfree. Individu yang mengakui dirinya sebagai childfree memilih secara sadar bahwa tidak ingin memiliki anak. Berbeda dengan asumsi kebanyakan orang, ketidak beradaan anak dalam kehidupan wanita childfree tidak diakibatkan oleh keterbatasan biologis. Dalam berbagai budaya di Indonesia, wanita diharapkan memenuhi ekspektasi tertentu seperti memiliki anak. Wanita akan semakin tertekan untuk memiliki anak apabila ia telah menikah dikarenakan anggapan umum bahwa tujuan dari penikahan sebagai memiliki anak dengan pasangannya. Selain itu, peran wanita dewasa awal yang berkaitan dengan tugas perkembangan adalah menjadi seorang istri dan orang tua. Adanya kontradiksi antara padangan budaya dengan pilihan childfree wanita menjadi pembahasan dalam penelitian. Metode penelitian kualitatif, pendekatan fenomenologis dan teknik induktif yang digunakan peneliti dilaksanakan dengan wawancara pada empat wanita dewasa awal childfree. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling terhadap wanita dewasa awal berusia 19 hingga 40 tahun childfree yang sudah menikah. Ditemukan tema dominan dalam penelitian berupa pengalaman hidup, kondisi lingkungan dan budaya, sikap terhadap budaya, proses keputusan childfree, hubungan pernikahan, kondisi psikologis, kondisi spiritual serta resolusi kontradiksi antara budaya dengan childfree. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya berperan penting dalam tendensi wanita untuk menjadi childfree, namun bukan menjadi penggerak utama. Di sisi lain, pengalaman hidup menjadi faktor pengaruh utama dalam membentuk persepsi negatif wanita terhadap budaya. Wanita dewasa awal childfree membuat prinsip hidup baru untuk mempertahankan pilihannya yang berkontradiksi dengan budaya.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call