Abstract

Walau telah berlalu lebih dari dua dekade, peristiwa kerusuhan Mei 1998 meninggalkan trauma dan ketakutan pada para korbannya hingga saat ini. Salah satu konsekuensinya ialah perubahan pandangan dan perilaku etnis Tionghoa dalam berelasi dengan etnis Pribumi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa pengampunan dapat meningkatkan kecenderungan prososial individu serta mampu menanggulangi trauma, khususnya pada kasus trauma kekerasan rasial. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengampunan pada para korban langsung kerusuhan Mei 1998, mengingat pentingnya relasi yang baik antar etnis di negara Indonesia yang memiliki beragam etnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan analisa tematik, dengan metode pengumpulan data berupa wawancara terhadap tiga orang partisipan yang merupakan korban pada kerusuhan Mei 1998. Data yang didapat pada wawancara lalu diolah dengan menggunakan metode analisa tematik. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ketiga partisipan memiliki tekad untuk mengampuni para pelaku dan tidak menyalahkan etnis Pribumi atas kerusuhan yang terjadi, meskipun masih terdapat perubahan perasaan dan perilaku dari etnis Tionghoa terhadap etnis Pribumi akibat peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call