Abstract
Perempuan dengan infertilitas di Indonesia seringkali melibatkan keyakinan pada Tuhan, baik secara positif maupun negatif, sebagai coping menghadapi stres infertilitas. Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah untuk melihat apakah religious coping (the Brief Religious Coping) memoderasi hubungan antara resiliensi (Connor-Davidson Resilience Scale 25) dan kualitas hidup (WHO Quality of Life Brief). Data dikumpulkan dari 135 perempuan (mean usia 27,8 tahun, SD = 3,58) yang mempersepsi sedang menghadapi kondisi infertilitas yakni sudah menikah minimal satu tahun, tidak sedang menunda kehamilan dengan mengusahakan kehamilan melalui cara alami ataupun program hamil, dan belum berhasil memiliki anak serta menunjukkan stres infertilitas yang tinggi. Hasil uji moderasi menunjukkan hipotesis 1 dan 2 penelitian ditolak, yaitu baik positive religious coping maupun negative religious coping tidak memoderasi hubungan antara resiliensi dan masing-masing dimensi kualitas hidup. Meskipun demikian, uji korelasi menunjukkan temuan menarik adanya korelasi positif antara negative religious coping dengan resiliensi dan dimensi environment. Penelitian ini menunjukkan pentingnya penyediaan sarana-prasarana, seperti informasi kesehatan, layanan konseling, dan komunitas pendukung untuk meningkatkan kemampuan bangkit dalam menghadapi stres infertilitas.
Published Version
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have