Abstract

BIPA is an abbreviation for Indonesian for Foreign Speakers. Precisely, Indonesian language skills learning programs, namely speaking, writing, reading, and listening to foreign speakers. In Japan, Indonesian is taught at universities, language schools and several high schools. In some universities Indonesian language can be learned as a second foreign language / language of choice after they learn English. In general, the material taught is only about language. However, there are several universities that have Indonesian Language Study Programs or Programs. The scope of teaching is broader. In addition to language, those who take the program can study the arts, culture, literature, religion, social, economics, and politics of Indonesia. Can I study Indonesian language in a department or study program that can be called BIPA? According to the author it is different from BIPA because BIPA is only limited to language learning. Indonesian (Malay) education in Japan began in the early 1900s in Tokyo. This article discusses the development of Indonesian language education in Japan from the past to the present.

Highlights

  • ABSTRAK BIPA adalah singkatan dari Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

  • BIPA is an abbreviation for Indonesian for Foreign Speakers

  • Indonesian is taught at universities

Read more

Summary

Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang secara resmi dimulai sejak

Ratusan tahun yang lalu.Sebenarnya masyarakat Jepang sudah mengenalnya pada 1700-an.Pada Zaman Edo (1603—1868) pemerintah Shogun Tokugawa memberlakukan kebijakan negara tertutup dari 1639 sampai dengan 1854 karena khawatir Kristen akan masuk ke Jepang. Di situlah para pedagang berkebangsaan Belanda dan Cina membawa barang-barang dari luar negeri, memperkenalkan kebudayaan, dan membagi pengetahuan mereka yang belum diketahui orang Jepang. B. Sekolah Bahasa Setelah pemerintah Shogun Tokugawa membuka kembali Jepang dari dunia luar pada 1854, pemerintahannya berakhir pada 1868. C. Komisi Bahasa Indonesia Pada masa Perang Dunia Kedua, Oktober 1942, pemerintah Jepang di Indonesia mendirikan Komisi Bahasa Indonesia. Komisi ini berusaha melaksanakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia, yaitu menyempurnakan kosakata dan tata bahasa Indonesia yang sudah dihimpun sejak beberapa tahun sebelumnya. Saat itu orang Jepang yang memiliki kriteria ahli bahasa Indonesia hanya tiga orang, yaitu Tatsuo Ichiki, Uehara, dan Kagami. Setelah Indonesia merdeka, S.T. Alisjahbana dkk, yang bekerja di Komisi Bahasa Indonesia semasa Perang Dunia Kedua, menerbitkan kamus (Kamoes Istilah jilid I pada tahun 1946, dan jilid II pada tahun 1947) dan buku tata bahasa. Sebelum Perang Dunia Kedua, kamus Bahasa Indonesia mulai disusun di Jepang

Kamoes Bahasa Melajoe Jang Paling Baroe
DAFTAR PUSTAKA
Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.