Abstract

Terjadi kontestasi antara pemerintah dan pengikut Tabut. Melalui kekuatan politik dan ekonomi, pemerintah menjadikan Tabut sebagai komoditas budaya sedangkan pengikut Tabut terus menjaga eksistensi kesakralan ritual Tabut dengan kekuatan simbolik yang mereka miliki. Seharusnya kontestasi tidak menjadi pemicu munculnya konflik, namun dipahami sebagai khazanah dan keragaman pemikiran dalam memahami budaya dalam kemajemukan masyarakat di Bengkulu. Artikel ini memaparkan apa saja faktor penyebab kontestasi dalam perspektif teori ideologi dan kekuasaan, mengapa keberagaman dalam konsep pluralisme dapat menyebabkan kontestasi makna, dan mengapa diskursus dan budaya hidup dapat menjadi keragaman pemikiran. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Ideology and Power, yang menjelaskan tentang ideologi dalam pandangan Marx, pluralisme, diskursus dan budaya hidup. Kontestasi makna ritual Tabut antara pemerintah dan pengikut Tabut dipengaruhi oleh hubungan ideologi, kekuasaan, pluralisme, serta discourse dan lived cultured. Hubungan ini melibatkan ideologi dan kekuatan masing-masing kelompok. Hal tersebut juga menciptakan pluralisme yang memposisikan pemerintah Bengkulu sebagai pemegang kekuatan politik dan ekonomi, yang pada akhirnya memunculkan Tabut Pembangunan sebagai komoditas pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call