Abstract

The Sabbath controversy arose because Jesus tried to free people from many legally binding rules. Instead, Jesus wanted to state that religious leaders had interpretations that needed to be directed to the Sabbath that detailed it with so many rules that burdened the people. The legalist attitude towards the concept of the Sabbath in the lives of the people underwent many changes that made them face various challenges. It is necessary to research to consider that time which is a gift from God, is understood to be something of his own personal possessions and pleasures. Attempts to gain an understanding of the concept of the Sabbath are made by exegesis of grammatical analysis based on the structure of Matthew 12:1-8 as a text of choice to be dig which will be unearthed both from the background context and the wording of indicators relating to the Sabbath. The result of this research analysis shows that the main essence of the application of the Sabbath is the mercy of God. Thus believers can apply the Sabbath joyfully to being merciful to themselves by resting to refresh the body, soul, mind, and compassion for those in need.AbstrakKontroversi Sabat muncul karena Yesus mencoba untuk membebaskan orang dari banyak peraturan yang mengikat secara legalis. Sebaliknya, Yesus ingin menyatakan bahwa para pemuka agama memiliki penafsiran yang perlu diarahkan tentang Sabat yang merincikannya dengan begitu banyak aturan yang memberatkan umat. Sikap yang legalis terhadap konsep Sabat dalam kehidupan umat mengalami banyak perubahan yang membuat mereka diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Hal ini perlu diteliti untuk mempertimbangkan bahwa waktu yang adalah anugerah dari Tuhan dipahami menjadi sesuatu milik pribadi dan kesenangannya sendiri. Usaha untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep Sabat dilakukan dengan analisis kritik gramatikal berdasarkan berdasarkan struktur Matius 12:1-8 sebagai teks pilihan yang akan digali baik dari konteks latar belakang maupun kata-kata indikator yang berkaitan dengan Sabat. Hasil dari analisis penelitian ini memperlihatkan bahwa esensi utama dari penerapan Sabat yaitu belas kasihan Allah. Dengan demikian orang percaya dapat menerapkan Sabat dengan penuh sukacita karena berbelas kasihan kepada diri sendiri dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh, jiwa, pikiran, dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call