Abstract
Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk berbudaya hidupnya pasti tidak terlepas dengan budaya yang telah meresap dalam kepribadiannya yang sudah diterapkan dalam keseharian. Meskipun sebagai makhluk yang berbudaya, ia perlu juga menghayati Injil sebagai kabar gembira yang diwartakan, sebagaimana juga merupakan suatu budaya yang berbeda. Dalam hal ini maka perlulah sebuah kajian untuk mengimplementasikan budaya dalam pewartaan Injil. Fokus dari penulisan artikel ini adalah Implementasi Ina niang tana wawa no Ama lero wulan reta Sebagai Wujud Tertinggi, dalam Pewartaan Injil di Sikka, Flores. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana implementasi konsep tersebut dalam pewartaan Injil, sambil menguatkan dan meneguhkan iman umat di Sikka. Temuan dari penulisan artikel ini adalah pertama, Ina niang tana wawa no Ama lero wulan reta sebagai pintu masuk untuk pewartaan Injil. Kedua, Ama Pu Ama, “Ama Pu Me La’i, Ama Pu Spiritu Santo sebagi prinsip sakramental, menyiratkan bahwa seluruh kenyataan alam semesta bersifat sakramental atau simbolis yang menunjukan tanda keagungan Allah (Ama Pu). Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan fenomenologis, juga ditulis dalam bentuk kualitatif-deskriptif dengan metodenya adalah studi pustaka.
Published Version (Free)
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have