Abstract

Fiksi horor masih terbatas dimanfaatkan sebagai penunjang pembelajaran. Karya fiksi horor memiliki peluang menjadi alternatif bahan pembelajaran, khususnya pada pembelajaran siswa tunarungu. Selain memiliki aspek kengerian, fiksi horror memuat stimulus penguatan ragam dimensi kecakapan literasi. Tujuan penelitian ini, antara lain (1) Mendeskripsikan muatan dimensi literasi yang termuat dalam cerita horor, (2) Mendeskripsikan penggunaan cerita horor dalam pembelajaran siswa tunarungu. Cerita horor yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran tunarungu adalah cerita berjudul Dihantui Kendi Maling karya Sylvana Toemon. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian adalah cerita horor dan kegiatan belajar mengajar siswa tunarungu. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, dan wawancara. Observasi dilakukan secara partisipan, atau peneliti terlibat langsung dalam pembelajaran tunarungu. Partisipan penelitian adalah guru dan siswi tunarungu di SLB B Dena Upakara Wonosobo, Jawa Tengah. Wawancara dilakukan ke pengajar untuk memperjelas atau mengonfirmasi data yang tidak tampak pada observasi. Hasil penelitian menunjukkan cerita horor Dihantui Kendi Maling dapat digunakan dalam pembelajaran karena memuat stimulus penguatan tiga dimensi literasi. Ragam dimensi literasi tersebut, antara lain literasi baca tulis, literasi finansial, dan literasi budaya-kewargaan. Literasi baca tulis dipelajari melalui pemahaman substansi wacana. Literasi finansial termuat dalam pengetahuan mencuri sebagai bentuk kejahatan finansial. Literasi budaya-kewargaan terdapat pada sikap menghargai suatu pengetahuan dan kepercayaan lokal di masyarakat. Cerita horor dan kegiatan belajar mengajar disampaikan secara oral sebagai bagian dari implementasi Metode Maternal Reflektif.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call