Abstract

Umat Islam hendaknya mengutamakan berdoa pada waktu-waktu ijabah. Terdapat satu waktu ijabah yang kerap kali dilupakan, bahkan Allah Swt. mengabadikan waktu tersebut dalam kisah nabi yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Berbagai kisah diceritakan dalam Al-Qur’an, baik kisah-kisah para nabi dan rasul, kisah umat-umat terdahulu, dan lainnya, salah satu tujuannya agar menjadi ibrah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kisah terkabulnya doa Nabi Zakariya a.s. untuk diberikan keturunan yang diabadikan dalam surah Ali ‘Imrān (3) ayat 37-38. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan maqāṣid al-Qur’ān Ibn ‘Āsyūr sebagai pisau analisa. Artikel ini akan menjelaskan dua rumusan masalah, yaitu 1) bagaimana penafsiran surah Ali ‘Imrān (3) ayat 37-38?, dan 2) bagaimana penafsiran surah Ali ‘Imrān (3) ayat 37-38 perspektif maqāṣid al-Qur’ān Ibn ‘Āsyūr?. Setelah 80 tahun Allah belum mengabulkan doa Nabi Zakariya a.s. agar diberikan keturunan, tetapi pada suatu waktu Allah mengabulkan doanya, yaitu Nabi Zakariya a.s. berdoa ketika melihat orang lain memperoleh rezeki, maka disaat itu pula Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Zakariya a.s. untuk diberikan keturunan. Hal ini dilakukan sekaligus menghilangkan hasad atas kebahagiaan orang lain. Allah mengabadikan peristiwa ini dalam surah Ali ‘Imrān (3) ayat 37-38.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call