Abstract

Fatherless adalah kondisi anak tumbuh dengan tanpa keterlibatan ayah kandung (fisik, emosional dan spiritual) dikarenakan meninggal, perceraian, ataupun permasalahan pernikahan. Kurangnya secure attachment dari ayah berdampak pada perkembangan self-esteem ke arah negatif, khususnya anak laki-laki. Self-esteem adalah evaluasi diri secara positif maupun negatif. Rendahnya self-esteem dari masa kanak-kanak akan mempengaruhi hingga fase perkembangan berikutnya (Emerging adulthood). Tujuan penelitian ini untuk melihat dinamika self­-esteem (positif dan negatif) emerging adulthood fatherless (perceraian). Metode kualitatif fenomenologi dan analisis tematik induktif. Informan penelitian ini adalah 2 laki-laki emerging adulthood fatherless sejak usia 3-11 tahun. Peneliti menggolongkan dinamika self-esteem dalam 3 fase, yaitu 1) fase anak-anak (3-11 tahun), 2) fase remaja (12-18 tahun), 3) fase emerging adulthood (18-25 tahun), juga faktor pembentuk self-esteem. Hasil penelitian menyatakan ada penilaian diri negatif yaitu kurang percaya diri, tetapi juga ada penilaian diri positif yaitu pribadi yang adaptif dan resilient. Penerimaan dari individu sebaya, relasi keluarga, pemaknaan pribadi pada kondisi fatherless-nya, menjadi faktor yang membentuk self-esteem. Jadi tidak selalu, individu fatherless akan menilai diri negatif lalu terpuruk. Penilaian diri positif membuat individu semakin kuat menjalani tantangan hidup.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call