Abstract
Background: Etawa's crossbreed goat milk is one of the alternatives chosen by the community as a substitute for cow's milk, people in Indonesia believe in milk, it increases antibodies. to find out whether the demand for goat's milk increases or decreases during the presence of COVID-19.
 Methods: This study used a questionnaire-based descriptive method. The sample consisted of 5 breeders of Etawa crossbred goats, communicated via cellphone to interview 5 breeders. This research was conducted in May 2020 and data analysis used the BEP test.
 Results: During the Covid-19 pandemic the demand for Eatawa crossbreed goat milk increased. The existence of this pandemic has had a positive impact seen from the demand for consumers that has not decreased, and the increase in demand for milk which was originally sold from 50L to 75L in one month after the pandemic.
 Conclusion: It is necessary to carry out organoleptic and mastitis tests so that consumers who consume this etawa cross breed goat's milk avoid disease -milk-borne diseases.
 Keywords: BEP (Break event point), Covid-19, Etawa crossbreed goat milk.
Highlights
Susu kambing Peranakan Etawa merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh masyarakat sebagai pengganti susu sapi (Mulyono dan Sarwono, 2008), masyarakat di Indonesia meyakini susu kambing memiliki banyak khasiat seperti pengobatan saluran pencernaan seperti menceret serta alergi oleh susu sapi, meningkatkan antibodi, tingkat kecernaan yang tinggi, alergenisitas yang rendah dan komposisi kimia bermanfaat, lebih mirip dengan susu manusia dibandingkan susu sapi (Ratya dkk, 2017; Purnomoa dkk, 2006)
This study aimed to find out whether the demand for goat's milk increases or decreases during the presence of COVID-19
The results show that during the COVID-19 pandemic the demand for Ettawa’s crossbreed goat milk increased
Summary
Berdasarkan hasil rata-rata biaya tetap dan biaya variabel di atas, maka dapat diketahui biaya total sebesar: Biaya total. Dimana: TC = Total Cost (biaya total) P = Price atau Harga (rupiah/liter) Q = Produksi (liter) Break Event Point dari peternak diperoleh setelah adanya pandemi sebagai berikut: Rata-rata harga jual susu (P) per bulan = 8.000 Rupiah x 75 = Rp 600.000. Penghitungan BEP (Break event point) menunjukan bahwa usaha peternakan kambing peranakan etawa ini bagus untuk dikembangkan, hasil perhitungan BEP produksi dari sebelum adanya covid dan saat adanya covid menunjukan bahwa jumlah produksi berada pada titik yang menguntungkan, dimana jumlah produksi tiap bulan melebihi BEP produksi, hal tersebut menandakan produksi dari susu kambing peranakan etawa masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk produksi tiap liternya. Hasil untuk BEP harga sebelum dan saat adanya pandemi menunjukan bahwa harga jual lebih tinggi dari pada BEP harga, hal tersebut menandakan bahwa harga jual tiap liter air susu masih dalam kondisi baik, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha penjualan susu peranakan etawa berada pada posisi yang menguntungkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pandemi ini memberi dampak yang positif dilihat dari permintan konsumen yang tidak turun, dan meningkatnya permintan susu yang semulanya dalam satu bulan terjual 50L menjadi 75L setelah adanya pandemi
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
More From: Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI) Indonesian Journal of Animal Science and Technology)
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.