Abstract

Society in the Classical period had view that most sacred buildings were erected in the highlands, such as an Mount Pegat, Blitar Regency. This study seeks to reveal the religious activities that occured at Pertapan Temple Site on Mount Pegat from the Kadiri to Majapahit Kingdom, along with the community’s conception of the mountain. The method used in this study includes data collection in the form of observations and interviews, as well as qualitative descriptive analysis through the help of classification, comparison, and contextual analysis. Semiotic theory is used to assist the analysis. The result of this study indicate that the sacred building at the Pertapan Temple site is use as a place of worship for Sang Hyang Kabuyutan in Subhasita in 1120 Saka, the pendharmaan temple of King Wisnuwarddhana in 1202 Saka, and place of worship of Dewaraja Wisnuwarddhana in 1237 Saka. the community views Mount Pegat as a holy place, because it has several features, such as according to the criteria for a holy place, the location is on the connecting route between Kadiri and Singhasari and Mount Kelud with the South Lime Mountains.
 Masyarakat pada masa Klasik memiliki pandangan bahwa bangunan suci kebanyakan didirikan di dataran tinggi, seperti di Gunung Pegat Kabupaten Blitar. penelitian ini berupaya mengungkap aktivitas religi yang terjadi di Situs Candi Pertapan di Gunung Pegat pada era Kerajaan Kadiri hingga Majapahit, beserta konsep masyarakat terhadap gunung tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, berupa observasi dan wawancara, serta analisis deskriptif kualitatif melalui bantuan analisis klasifikasi, perbandingan, dan kontekstual. Teori semiotika digunakan untuk membantu analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan suci di Situs Candi Pertapan digunakan sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Kabuyutan di Subhasita pada tahun 1120 Saka, candi pendharmaan Raja Wisnuwarddhana pada tahun 1202 Saka, dan tempat pemujaan Dewaraja Wisnuwaddhana pada tahun 1237 Saka. Masyarakat memandang Gunung Pegat sebagai tempat suci, karena memiliki beberapa keistimewaan, seperti memenuhi kriteria tempat suci, lokasi berada di jalur penghubung antara Kadiri dengan Singhasari serta Gunung Kelud dengan Pegunungan Kapur Selatan.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call