Latar Belakang : Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Menurut International Diabetes Federation, terdapat 425 juta orang yang menderita diabetes di dunia dan akan meningkat sebesar 629 juta orang pada tahun 2045. Terdapat lebih dari 10.276.100 kasus diabetes di Indonesia pada tahun 2017 dari total populasi dewasa sebesar 166.531.000 yang berarti terdapat prevalensi penderita diabetes sebesar 6,7% dan menduduki peringkat 6 dari 10 negara teratas untuk jumlah penderita diabetes. Penderita diabetes memiliki peningkatan risiko sejumlah masalah kesehatan yang serius. Banyak yang mengeluhkan terjadinya ulkus diabetik yaitu luka terbuka pada penderita DM sehingga diabetes melitus menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada penderita DM. Amputasi terjadi 15 kali lebih sering pada penderita diabetes daripada non diabetes. Pada tahun 2032, seiring dengan peningkatan jumlah penyandang diabetes di dunia, terjadi peningkatan kaki diabetik. Perawatan kaki yang dilakukan secara efektif dapat mencegah resiko ulkus menjadi amputasi. Dengan dilakukan manajemen yang komprehensif, sebagian besar amputasi yang berkaitan dengan diabetes dapat dicegah. Bahkan ketika amputasi berlangsung, kaki yang tersisa dan kehidupan orang tersebut dapat diselamatkan dengan perawatan tindak lanjut yang baik.Tujuan : Untuk memberikan gambaran perawatan luka serta menilai proses perawatan dan perkembangan luka kaki diabetes pada pasien diabetes melitus selama 5 minggu perawatan.Metode : penelitian ini merupakan jenis penelitian yang dilakukan secara prospektif yang dimulai dari tanggal 10 September – 9 Oktober 2018 di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat, Makassar. Status Demografi dan pengkajian luka didapatkan melalui wawancara langsung kepada pasien dan keluarga serta menilai luka menggunakan format Asuhan Keperawatan Luka dari Klinik Griya Afiat.Hasil : Pada minggu pertama perawatan, Keadaan luka memiliki banyak undermining. Berdasarkan struktur lapisan kulit, luka berada pada full thickness. Penampilan klinis lain ditemukan adanya slough/infeksi, disertai odor, kulit sekitar luka mengalami maserasi, serta edema. Teknik debridemen yang digunakan yaitu Conservatif Sharp Wound Debridement (CSWD) dan autolysis. Dressing yang digunakan pada perawatan luka yaitu hidrofobik dan salep zink sebagai dressing primer, kasa steril dan diaper sebagai balutan sekunder, serta kasa gulung sebagai balutan tersier. Untuk perawatan periwound digunkan salep zink. Terjadi perubahan ukuran yang berbeda-beda pada tiap luka dan meningkatnya proses granulasi dan epitelisasi tiap minggu perawatan hingga minggu kelima perawatan, keadaan luka mulai mengalami peningkatan epitelisasi dan mengalami perubahan ukuran luka terutama pada undermining, presentasi slough menurun, tanda infeksi lokal mulai berkurang.Kesimpulan : Selama proses perawatan luka selama 5 minggu, Proses penyembuhan luka mengalami progress yang baik. Pada minggu pertama dan kedua mengalami fase inflamasi, pada minggu ketiga hingga kelima mengalami proses poliferasi. waktu proses penyembuhan luka berjalan lambat, terjadi perubahan ukuran dan kedalaman yang berbeda-beda pada beberapa luka di setiap minggu perawatan, luka tidak berpotensi amputasi dengan tidak terdapatnya luka nekrotik selama 5 minggu perawatan, tanda-tanda infeksi lokal pada luka semakin berkurang di setiap minggu perawatan, terdapat edema pada kaki kiri yang mengalami luka diabetik serta kaki kanan sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengatasi faktor lain yang menghambat proses penyembuhan.Keywords : Diabetes Milletus, Luka Kaki Diabetes, Post Autoamputasi.