Abstract The major cause of iron deficiency in human body is the low intake of iron from foods. One of strategy to overcome the iron deficiency anemia (IDA) in Indonesia is iron fortification to soya-based food. Phytic acid is a compound that presents in soy-based food and inhibits iron adsorption in digestion thus increasing iron deficiency. Iron fortification is one method to increase iron content in food. In this research, FeSO 4 .7H 2 O ( 1 ), ferrous bisglycinate ( 2 ) and Na-glycinate+FeSO 4 .7H 2 O ( 3 ) were used as fortificants into three soy-based foods (i.e., soya milk, tempeh, and tofu. The addition of fortificant amount was performed based on the molar ratio of phytic acid contained to iron. The results shows that fortification using ferrous bisglycinate is the most effective compound compared to single compound FeSO 4 .7H 2 O and the mixture of Na-glycine and FeSO 4 7H 2 O. The effectiveness of fortification on soya milk of fortificant 1 , 2 and 3 are 48%, 55%, and 33% respectively, whereas on tempeh are 74%, 86%, and 56% respectively and for tofu are 51%, 55%, and 46% respectively. It indicates that f errous bisglycinate has ability to prevent iron phytate formation due to its character as a chelating agent. Abstrak Efektivitas Fortifikasi Zat Besi pada Makanan Berbasis Kedelai Menggunakan Besi Bisglisinat dengan kandungan Asam Fitat . Penyebab utama dari penyakit anemia adalah rendahnya asupan zat besi dari makanan. Salah satu strategi penanggulangan penyakit kekurangan zat besi di Indonesia adalah melalui fortifikasi zat besi pada makanan berbasis kedelai. Adanya asam fitat pada makanan berbasis kedelai dapat mengikat zat besi dan menurunkan nilai ketersediaan zat besi dalam darah. Pada penelitian ini digunakan tiga jenis fortifikan yang berbeda yaitu, FeSO 4 .7H 2 O ( 1 ), besi-bisglisinat ( 2 ) dan campuran Na-glisinat dan FeSO 4 .7H 2 O ( 3 ) untuk diberikan pada makanan berbasis kedelai yaitu susu kedelai, tempe dan tahu. Penambahan bahan fortifikasi didasarkan pada molar rasio kandungan asam fitat terhadap zat besi yang mampu diikatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi zat besi menggunakan besi-bisglisinat merupakan fortifikasi yang paling efektif dibandingkan dengan fortifikasi mengunakan FeSO 4 .7H 2 O dan campuran in-situ antara FeSO 4 .7H 2 O dan Na-glisinat. Efektivitas fortifikasi pada susu kedelai menggunakan fortifikan 1 , 2 dan 3 berturut-turut adalah 48%, 55% dan 33%, sedangkan pada tempe berturut-turut adalah 74%, 86%, dan 56%, fortifikasi pada tahu berturut-turut adalah 51%, 55% dan 46%. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan besi-bisglisinat sebagai agen pengkelat mampu menghalangi terbentuknya senyawa besi-fitat. Keywords: ferrous bisglycinate, fortification, iron, phytic acid, soy-based foods