Permasalahan kekerasan seks terhadap anak di Indonesia terus meningkat dimana tercatat kenaikan 30% pengaduan kasus pada tahun 2020. Guru sebagai garda terdepan pemberian rangsangan pada anak harus mampu menjadi komunikator dan motivator yang baik sehingga pendidikan seks mampu mencegah terjadinya kekerasan seks pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran guru sebagai komunikator, motivator serta strategi yang mereka terapkan dalam memberikan pendidikan seks di Taman Kanak-kanak. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru pada salah satu TK di Samarinda yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus digunakan untuk memperoleh data penelitian berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data, analisis data serta kegiatan pelaporan. Data di analisis dengan teknik data reduksi lalu diuji keabsahannya dengan triangulasi. Hasil penelitan menunjukan bahwa guru selalu menyampaikan informasi seperti konsep menutup aurat, cara merawat diri dan lain-lain. Guru senantiasa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan kegiatan seperti forum ayah-bunda, program pembiasaan dan lain-lain. Temuan ini sejalan dengan implementasi program seks pada anak yang menekankan kegiatan dan pemberian informasi mengenai kondisi tumbuh anak, perbedaan lawan jenis dan sikap preventif. Kegiatan dialog aktif, program parenting dan fasilitas pengobatan untuk anak korban kekerasan seks dapat diterapkan sebagai strategi pendidikan seks di taman kanak-kanak.