Abstract

In 2009 The Indonesian Research Institute for Animal Production in cooperation with The Assessment Institute for Agricultural Technology of Province of Banten and Livestock Service of District of Pandeglang has established the “Kampoeng Ternak” or “Village of Livestock” in the Village of Juhut, Sub-District of Karangtanjung, District of Pandeglang, Province of Banten. Its main activity was to improve sheep breeders including improved its feed. One of the improvements was to identification of the forage commonly given to the sheep. Of some forage found in the sheepfold, there were nine species of plant which was local forage that had never been identified elsewhere before. The nine species were (in local language) kondang (Ficus variegata), beunying (Ficus fustulosa), camun (Pipturus incanus), gedebang (Piper aduncum), hareunga (Gynura aurantica), kareumbi (Homalanthus populnea), ki tongo (Debregeasia longifolia), leles and nangsi (Villebrunea rubescens). In addition it was also found gamal (Gliricidia maculata), kaliandra (Calliandra calothyrsus), jengjen (Falcataria sp.), mani’i (Miopsis sp.), mindi (Melia azedarach), dadap (Erythrina lithosperma) and nangka or jackfruit (Artocarpus integra). In this paper discussed in brief taxonomy, morphological characteristics and ecology of the forage plants.Keywords: local forage, dry land, sheep

Highlights

  • In 2009 The Indonesian Research Institute for Animal Production in cooperation with The Assessment Institute for Agricultural Technology of Province of Banten and Livestock Service of District of Pandeglang has established the “Kampoeng Ternak” or “Village of Livestock” in the Village of Juhut, Sub-District of Karangtanjung, District of Pandeglang, Province of Banten

  • of the improvements was to identification of the forage commonly given to the sheep

  • Of some forage found in the sheepfold

Read more

Summary

24 Ki Tongo

Spesies-spesies yang diberikan kepada ternak Pada Tabel 1 dirangkum jenis-jenis hijauan yang dapat diinventarisasi dan diidentifikasi. Purpureum) dan setaria (Setaria sphacelata) juga ditemukan di kandang tetapi dua spesies terakhir ini adalah rumput introduksi yang masuk ke lokasi pengamatan karena adanya bantuan ternak domba. Tanaman pangan lain yang daunnya diberikan kepada ternak domba adalah ubi jalar, jagung dan ubi kayu namun di Kampung Cinyurup daun ubi jalar, jagung dan ubi kayu masih jarang diberikan karena peternak beranggapan bahwa rumput masih banyak tersedia dan rumput lebih baik daripada daun ubi jalar, jagung dan ubi kayu. Komposisi hijauan di kandang Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada musim hujan lebih dari 50% hijauan yang diberikan adalah rumput lokal, sedangkan rumput introduksi tidak ada. Tidak adanya rumput introduksi yang ditemukan di kandang pada musim penghujan karena rumput gajah dan setaria baru diperkenalkan dan baru ditanam di lahan tanaman pangan sebagai tanaman pematang sehingga pada saat pengambilan data belum ada yang dipangkas. Jumlah Spesies dan Summed Dominance Ratio (SDR) hijauan pakan yang ditemukan di kandang

Daun leguminosa 4 Daun non-leguminosa 5 Sisa hasil pertanian
Beunying
Ki Camun
Seuseureuhan
Hareunga
Kareumbi
Ki Tongo
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call