Abstract

Abstrak Tulisan ini adalah sebuah dialog imajiner antara dua akuntan yang berbeda latar belakang lingkungan pendidikan. Salah seorang dengan pendidikan sekuler (akuntan-sekuler: Asek) dan seorang lainnya berasal dari lingkungan pendidikan pesantren (akuntan-syariah: Asyah). Keduanya berdialog mengenai konsep income hingga melahirkan sebuah konsep yang mereka sebut sebagai konsep income berkeadilan Ilahi. Konsep income berkeadilan Ilahi mengandung tiga rukun yaitu: rukun paritas, rukun kewargaan, dan rukun pembuktian. Ketiga rukun itu digambarkan seperti struktur lapisan bumi. Tulisan ini menggunakan dialog imajiner sebagai sebuah metode yang dikategorikan dalam paradigma postmodern. Ini adalah sebuah cara unik untuk memberikan pencerahan bagi perkembangan akuntansi syariah. Abstract This paper is an imaginary dialogue between two accountants who have different educational background environments. The first accountant is from secular education environment (secular accountant: Asek) and the second accountant comes from pesantren education environment (sharia accountant: Asyah). Both of them discuss about the concept of income to initiate a concept which is called Divine Justice Income. The concept of Divine Justice Income consists of three pillars, namely: parity pillar (rukun paritas), kinship pillar (rukun kewargaan), and social welfare pillar (rukun pembuktian). All pillars are illustrated just like the layer of earth. This paper employs an imaginary dialogue as the method which is categorized as postmodern paradigm. This is a unique way to provide insight for the development of sharia accounting.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call