Abstract

Realitas yang plural mengantarkan masyarakat pada perbedaan yang seringkali menimbulkan konflik, ketidak siapan masyarakat atas perbedaan agama, idiologi, keyakinan dan ritual pada lingkungan sosial menjadikan agama keluar dari fungsinya sebagai penuntun pada perdamaian. Agama merupakan sistem yaitu sebagai kontrol sosial yang pada dasarnya mengontrol manusia agar manusia dapat senantiasa menjadi insan yang ihsan. Melihat realitas idiologi dan keyakinan yang berbeda menjdikan fungsional bagi sebagian segmen dan menjadi tidak fungsional bagi sebagian segmen yang lain, dalam hal tersebut perlu kiranya memunculkan kembali sub sistem yang memang pada dasarnya merupakan bagian dari sistem agama yaitu toleransi, toleransi dibutuhkan sebagai upaya menjembatani perbedaan tersebut dengan menekan rasa egoisitas dan kepentingan untuk kemaslahatan bersama dalam hidup berdampingan.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call