Abstract

<p>Seorang mufassir perempuan yang dikenal dengan Bintu Syathi’ mewarnai dunia penafsiran di era kontemporer. Karya terbaiknya tafsir Al-Bayani lil Qur’an Al-Karim salah satu kontribusinya untuk dunia Islam. Menggunakan metode yang diperoleh dari gurunya sekaligus suaminya yaitu Amin Al-Khulli dengan metode tematik (maudhu’i) karna terfokus pada satu tema pembahasan dan terkandung banyak unsur sastra, sesuai corak yang dipakai. Binthu Syathi’ menafsirkan hanya sampai 14 surat saja dan belum sempat menyelesaikannya karna terkena serangan jantung mendadak. Salah satunya karakteristik tafsirnya mengungkap makna dibalik sinonim kata, yang mana prinsip yang dipegang bahwa kata-kata dalam al-Quran tanpa sinonim. Apabila orang mencoba untuk menggantikan kata dari Al-Qur’an dengan kata lain, maka Al-Qur’an bisa kehilangan efektifitasnya, ketepatannya, keindahannya, serta esensinya. Bintu Syathi’ banyak menuai kritik sebab tidak konsisten dengan metode yang dikemukakannya, walaupun metode tematik yang ditawarkan sangat bagus dan kompleks. <em></em></p>

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call