Abstract

Community-Based Total Sanitation (STBM) is the approach to change hygiene and sanitation behavior through empowerment by triggering methods. The first pillar of the Community-Based Total Sanitation program is Stop open defecation free (SBS) which is a condition when human in a community does not defecate anywhere, but in healthy latrine facilities. In Indonesia, the number of the family (KK) who still had open defecation behavior was 37.23%. North Sulawesi was in second place with the highest number of families who still had open defecation behavior (83.78%). This research was quantitative descriptive research that used secondary data from Sangihe Health Department. Data analysis using IBM SPSS Statistics 25 and ArcMap 10.1.4 for mapping. The results showed that there were 3 sub-districts which was the area with the lowest of SBS villages (<10%), namely the sub-districts of Kendahe, Marore Island, and South Manganitu. The average achievement of the SBS Village in the Sangihe was 18.9%. The lowest access to latrines in South Manganitu was 64.3% of access. Most of the sub-districts in the Sangihe had 11-20% of SBS village coverage. For community latrine access an average of 80.5%. It is necessary to increase the number of access to latrines, especially in areas with low access to latrines, and to provide knowledge through counseling to the community on the use of healthy latrines.

Highlights

  • Abstrak Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan

  • The results showed that there were 3 sub-districts which was the area with the lowest of Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) villages (

  • Perlu adanya peningkatan jumlah akses jamban terutama di wilayah dengan akses jamban yang rendah serta pemberian pengetahuan lewat penyuluhan kepada masyarakat dalam pemanfaatan jamban sehat

Read more

Summary

PENDAHULUAN

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan. Program STBM sendiri memiliki tujuan untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah. Pilar pertama yakni Stop Buang Air Besar Sembarangan merupakan kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di sarana jamban sehat. Laporan kemajuan akses sanitasi tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah KK yang masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan di Indonesia sebanyak 37.23 % KK. Hal yang sama pada penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan cakupan kepemilikan jamban yang rendah memiliki hubungan dengan perilaku BABS di masyarakat Tambak Lorok (P value = 0.001).. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek dan fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik penting atau kritis untuk dianalisis. Menurut Lai dkk (2009), beberapa pemanfaatan SIG untuk bidang kesehatan yakni Pemetaan untuk analisis hubungan antara lokasi, lingkungan dan penyakit, Penilaian terhadap aksesibilitas dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, Analisis distribusi sumberdaya kesehatan serta pemanfaatan data dalam perencanaan untuk pelayanan kesehatan masyarakat guna menetukan lokasi pembangunan sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cakupan desa stop BABS di Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan pemetaan menggunakan sistem informasi geografis

METODOLOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call