Abstract

Artikel ini akan merespon pandangan kaum fundamentalis dan konservatif Islam tentang semiotika sebagai teori kajian teks yang berasal dari Barat yang non Muslim sebagai sesuatu yang dilarang, sebagaimana hermeneutika. Tulisan ini akan membatasi persoalan pada teori semiotika struktural (pembacan denotatif/heuristik) saja, tanpa membahas semiotika sebagai pembacaan konotatif/hermenutiks. Metode yang digunakan adalah studi banding kepustakaan dengan membandingkan semiotika struktural dengan ilmu-ilmu keislaman, yaitu: nah}wu (sinaksis Arab), bala>gah (stilistika Arab klasik), ilmu tafsir, ilmu us}u>l fiqh (metodologi hukum Islam) dan kaidah-kaidah fikih (qawa>’id fiqhiyyah), juga teks-teks tafsir Islam. Artikel menemukan bahwa semiotika tidak bertentangan dengan al-Qur’an. Bahkan untuk pembacaan heuristik (struktural/denotatif) merupakan suatu keharusan, terutama saat digunakan untuk kajian atas al-Qur’an dan hadis. Tanpa itu, sebuah penafsiran atas al-Qur’an dan hadis bukan sebagai penasiran yang standar secara Islam. Namun, istilah yang dikenal dalam tradisi Islam bukan semiotika sebagai pembacaan struktural, tetapi naz}m yang dikrnal dalam bala>gah. Dalam teori naz}m, suatu kalimat menjadi berarti karena hubungan antar katanya sebagai penanda (lafaz}) untuk petanda (makna)-nya yang membentuk kalimat, baik dalam analisis sintaksis (nah}wu), maupun bala>gah (stilistika). Jika diubah strukturnya, maka maknanya berubah. Juga dikenal dengan istilah tafsir al-a>ya>t bi al-a>ya>t dan tafsir al-a>yat bi al-hadi>s| atau sebaliknya. Antara ayat dengan ayat lainnya dalam al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang padu, bahkan juga dengan hadis. Jika tidak, maka hasil tafsir yang didapat menjadi keliru. Dalam tafsir modern, semiotika sruktural juga dengan istilah metode tafsir maud}û’î (tematik): penghimpunan semua ayat-ayat terkait tema-tema tertentu yang akan dibahas, lalu ditafsirkan dan juga menafsir yang koherens atas satu surat saja. Bahkan ada keharusan menguasai asbâb an-nuzûl (sebab-sebab turunnya al-Qur’an) dan asba>b al-wuru>d (sebab-sebab lahirnya hadis) dan penguasaan ayat-ayat Mekah dan Madinah, yang sejalan dengan teori semiotika yang mengharuskan analisis terhadap teks dan konteks sosial teks. Semiotika struktural, juga hermeneutis, karenanya, membuat tafsir atas al-Qur’an dan teks-teks Islam lebih memperlihatkan maqa>s}id al-Qur’a>n (maksud al-Qur’an, yaitu kemaslahatan publik), secara ilmiah.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call