Abstract

Kajian Muwaṭṭa’ Mālik dan mazhab Mālikī mendominasi pada abad ke-2 H/ke-8 M hingga abad ke-3 H/ke-9 M di al-Andalus. Dua abad setelahnya, yaitu abad ke-4 H/ke-10 M hingga abad ke-5 H/ke-11 M, menandai kajian Muwaṭṭa’ Mālik di al-Andalus yang mulai berkurang. Oleh karena itu, kajian abad ke-5 H/ke-11 M sangat penting untuk menggambarkan bagaimana transisi dari dominasi kitab Muwaṭṭa’ Mālik menuju dominasi kitab selain Muwaṭṭa’ Mālik di al-Andalus. Salah satunya adalah kajian yang dilakukan oleh Muḥammad bin Farj al-Qurṭubī al-Mālikī (w. 497/1104) yang terkenal dengan Ibn al-Ṭallā‘ dalam kitabnya, Aqḍiyah Rasūl Allāh ṣallā Allāh ‘alaihi wa sallam. Artikel ini akan membahas kritik Ibn al-Ṭallā‘ terhadap ortodoksi mazhab Mālikī dan kitab Muwaṭṭa’ Mālik serta bagaimana proses rekonsiliasi hadis dan fikih di al-Andalus abad ke-5 H/ke-11 M di al-Andalus. Ibn al-Ṭallā‘ menikmati kebebasan akademik di tengah kekacauan politik dan identitas. Dengan adanya kekacauan tersebut, mazhab dan pandangan selain dari mazhab Mālikī lebih banyak dan lebih bebas untuk disuarakan. Oleh karena itu, ia lebih bebas untuk keluar dari ortodoksi Mālikī dengan mengutip sebanyak mungkin dan membandingkan dengan mazhab selain Mālikī. Perpaduan sumber fikih dan hadis, serta kombinasi pendapat Mālik bin Anas dan mazhab lainnya, menjadi sebuah capaian bagi Ibn al-Ṭallā‘. Capaian tersebut melalui beberapa proses dan tahapan, terlebih mazhab Mālikī dan Muwaṭṭa’ masih mendominasi sejak menjadi mazhab resmi dinasti Umayyah di al-Andalus pada abad ke-2 H/ke-8 M hingga abad ke-3 H/ke-9 M.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call