Abstract

The variation of the seed size in each species and individuals might be from of difference species adaptation for a difference environment. This difference may also arise from the constraints of limited formation of seed size. The use of adaptive ciltivars on the growth environment is very influential on the succes in the farm field. This research was aimed to find the adaptation of phase and size seed of two cultivars of soybeans in Jatinangor and Cikajang. This research was held in Jatinangor (Sumedang regency) and Cikajang (Garut regency) from April to July 2016. The design that used in this research was Randomized Block Design (RBD) and Duncan at 5% rate. Improved cultivars that tested in this research were placed at Grobogan and Anjasmoro which were repeated 5 times. The results of experiment showed that adaptation of size seed showed of 100 grains and large seeds. The low temperature condition can increase of variability of seed size. Heterogeneity of environment can not sustain the size of soybean seed. Genetic and environment factors influence significantly for weight of 100 grains and seed size Grobogan in Jatinangor. The weight of 100 grains Grobogan in Jatinangor and Cikajang haved a greater than Anjasmoro. Environmental factors influence yield of soybean, weight of 100 grains of cultivars in Cikajang haved a greater than Jatinangor caused by the seed size.

Highlights

  • Variasi ukuran benih dalam setiap species dan individu dapat disebabkan oleh daya adaptasi jenis tanaman yang berbeda terhadap lingkungan yang berbeda

  • This difference may also arise from the constraints of limited formation

  • The use of adaptive ciltivars on the growth environment is very influential on the succes in the farm field

Read more

Summary

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

Cikajang Kabupaten Garut dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Kabupaten Sumedang. Percobaan dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana yang menguji dua kultivar kedelai, yaitu: Anjasmoro(v1) dan Grobogan (v2). Pengamatan yang dianalisis secara statistika dalam penelitian ini yaitu bobot 100 butir, dan ukuran benih yang mencakup panjang, lebar dan ketebalan benih. Berdasarkan hasil analisis statistik, terdapat pengaruh kultivar dan lingkungan terhadap bobot 100 butir benih. Penanaman kedelai di Jatinangor memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan Cikajang, ditunjukkan pada temperatur penanaman bulan April sampai Juni untuk penanaman di Jatinangor berturut- turut adalah 23.4, 23.7, 23.1, 23.1 (oC) dan Cikajang berturut- turut adalah 23.7, 23.4, 22.7, 22.0(oC). Menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang-kacangan dan umbi-umbian (2015), bobot 100 butir digunakan dalam menentukan ukuran benih kedelai. Berdasarkan hal tersebut maka benih kedua kultivar kedelai (Grobogan,dan Anjasmoro) yang diuji di Jatinangor dan Cikajang masih termasuk kriteria biji berukuran besar. Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%

Jatinangor Cikajang
DAFTAR PUSTAKA
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call