Penyelenggaraan Layanan Terapi Sel Punca Di Indonesia Ditinjau Dari Perspektif Bioetika

Abstract

Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan saat ini telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Solusi atas permasalahan ini, maka sel punca yang merupakan fokus utama dalam penelitian bioteknologi,dapat dijadikan terobosan terbaru untuk terapi regeneratif. Terapi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, namun masih dalam penelitian sehingga belum menjadi layanan standar dalam pengobatan. Dalam penyelenggaraan terapi sel punca di Indonesia yaitu dalam hal pengambilan, pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan untuk terapi serta penelitian ternyata dapat menimbulkan permasalahan baik dari segi etik maupun aturan bagi masyarakat penerima pelayanan maupun bagi tenaga medis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan pendekatan perundang-undangan, serta pendekatan konseptual. Penyelenggaraan layanan terapi sel punca di Indonesia hanya boleh dilakukan apabila terbukti keamanannya, untuk penyembuhan penyakit, dilarang untuk tujuan reproduksi, tidak boleh berasal dari sel embrionik karena tidak sesuai dengan etika, harus bersumber dari manusia, tidak boleh diperjualbelikan, dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi dan kewenangan berdasarkan standar profesi dan standar prosedur operasional. Penyelenggaraan layanan terapi sel punca di Indonesia dilaksanakan melalui mekanisme yaitu, pelayanan terapi terstandar dan penelitian berbasis pelayanan terapi. Sampai saat ini Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan sel punca belum ada. Terapi sel punca saat ini yang ada terbatas riset berbasis layanan terapi, sehingga dalam pelaksanaannya terdapat kendala seperti belum lengkapnya sarana dan sumber daya manusia di daerah serta regulasi dari pemerintah yang belum ada sehingga masih banyak penggunaan sel punca sebagai terapi yang tidak sesuai dengan masalah etika bahkan melanggar aturan secara pidana