Abstract

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa pada tahun 2020 Indonesia mengalami kenaikan peringkat menjadi berada di posisi 8 sebagai eksportir utama produk perikanan dunia. Salah satu komoditas produk perikanan yang berkontribusi dalam peningkatan nilai ekspor tersebut adalah ikan kerapu. Menurut Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung menyatakan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan kualitas air budidaya ikan secara preventif dengan menerapkan digitalisasi pada pelaksanaannya. Sistem monitoring kualitas air pada kolam pembenihan budidaya ikan kerapu dibuat untuk mempermudah pembudidaya dalam melakukan pemeriksaan berkala terhadap kualitas air yang digunakan dengan parameter yang dimonitor yaitu suhu, derajat keasaman (pH), dan kadar garam (salinitas). Data kualitas air dapat dimonitor untuk membantu melihat tren perubahan serta rekam jejak data sehingga pembudidaya dapat mencegah terjadinya penyakit atau mengetahui penyebab jika terjadinya kematian pada ikan kerapu. Untuk jenis sensor yang digunakan adalah sensor derajat keasaman PH, sensor DSB18B20, dan sensor salinitas electrical conductivity. Hasil keluaran dari semua sensor berupa nilai tegangan, yang akan dibaca oleh ADS1115 yaitu ADC eksternal yang merubah nilai tegangan tersebut ke dalam bentuk satuan bit yang nantinya nilai ini akan dikonversi menjadi nilai pengukuruan yang diinginkan dan ditampilkan melalui LCD TFT-ILI9341 sebagai tampilan monitoring. Hasil kalibrasi sensor PH dan salinitias yang dibandingkan dengan alat ukur referensi memiliki selisih pembacaan yang relatif kecil yaitu ±0.11 untuk sensor PH dan ±0.24 untuk sensor salinitas. Setelah dilakukan pengujian dengan air laut, ketiga sensor memiliki nilai akurasi yang cukup tinggi dengan akurasi untuk sensor suhu sebesar 99.13%, untuk sensor PH sebesar 99.08% dan sensor salinitas sebesar 98.50%.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call