Abstract

Abstract The Jatiroto River Basin is on the border of Lumajang Regency and Jember Regency. The Jatiroto watershed experienced an increase in runoff due to high rainfall intensity, relatively steep land slope conditions, and changes in land use. This problem has the potential to cause disasters, namely floods, landslides, and cold lava floods. The research uses the ArcSWAT (Soil and Water Assessment Tool) to determine the amount of erosion and sedimentation that occurs in the Jatiroto Subwatershed, then maps the distribution of the Erosion Hazard Index so that it can determine conservation directions in accordance with watershed conditions. Based on the results of ArcSWAT 2012 modeling, the amount of erosion was 47,470 tons/ha/year, or 3,955 mm/year, and the existing sedimentation was 29,279 tons/ha/year. The IBE distribution is low criteria at 0%, medium at 39.033%, and high at 60.966%. Conservation efforts based on Land Rehabilitation and Conservation Directions (ARLKT) found that the area's function was 50.89% cultivation, 5.62% protection, and 43.48% buffer. The erosion rate after vegetative conservation efforts were carried out was 29,279 tons/ha/year, or 2,439 mm/year, and sedimentation was 12,701 tons/ha/year. The distribution of IBE after conservation is low (0%), medium (100%), and high (0%). Thus, after vegetative conservation directives, the value of erosion and sedimentation has decreased and has met the permissible requirements. Keywords: Jatiroto Sub Watershed, ArcSWAT, Erosion Hazard Index, Conservation Abstrak Daerah Aliran Sungai Jatiroto berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. DAS Jatiroto mengalami peningkatan debit limpasan karena intensitas hujan yang tinggi, kondisi kemiringan lahan yang relatif curam, dan perubahan tata guna lahan. Adanya permasalahan ini berpotensi mengakibatkan bencana yaitu banjir, tanah longsor dan banjir lahar dingin. Penelitian menggunakan metode ArcSWAT (Soil and Water Assesment Tool) yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai erosi dan sedimentasi yang terjadi pada Sub DAS Jatiroto, kemudian memetakan sebaran Indeks Bahaya Erosi sehingga dapat menentukan arahan konservasi yang sesuai dengan kondisi DAS. Dengan demikian, nilai erosi dan sedimentasi dapat diketahui dan dapat memeberikan rekomendasi arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi DAS serta dapat mengurangi nilai erosi dan sedimentasi. Berdasarkan hasil pemodelan ArcSWAT diperoleh besar erosi 47,470 ton/ha/tahun atau sebesar 3,955 mm/tahun dan sedimentasi eksisting 29,279 ton/ha/tahun. Sebaran IBE yaitu kriteria rendah sebesar 0 %, sedang sebesar 39,033%, tinggi sebesar 60,966%. Upaya konservasi berdasarkan Arahan Rehabilitasi dan Konservasi Tanah (ARLKT) didapatkan fungsi kawasan yaitu budidaya 50,89%, lindung 5,62% dan penyangga 43,48%. Nilai laju erosi setelah dilakukan upaya konservasi berupa arahan secara vegetatif menjadi 29,279 ton/ha/tahun atau 2,439 mm/tahun dan sedimentasi sebesar 12,701 ton/ha/tahun. Persebaran IBE setelah konservasi yaitu pada tingkat rendah 0%, sedang 100% dan tinggi 0%. Dengan demikian setelah dilakukan arahan konservasi secara vegetatif nilai erosi dan sedimentasi mengalami penuruan dan sudah memenuhi persyaratan yang diizinkan. Kata kunci: Sub DAS Jatiroto, ArcSWAT, Indeks Bahaya Erosi, Konservasi

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call