Abstract

Bantul Regency is a region with high level of seismic activity in Indonesia. Buildings that have the highest risk of collapse to earthquake are non-engineered buildings or residential buildings built without planning or not according regulation. This study aims to know contruction practices and material examination on non-engineered buildings in earthquake prone areas in accordance with the Indonesian National Standard. The object research is the construction of non-engineered building in Serut Village, Palbapang, Bantul Regency. The testing of material construction materials include: concrete test, reinforcing steel test and bricks test. the material are tested on the laboratory of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. The observations and measurements to the practices of construction consist of: concrete sloof with size 15 × 20 cm with the main reinforcement 4O12 and beugel reinforcement O6-150; column with size 10 × 15 cm with main reinforcement 4O10 and beugel reinforcement O6-150; the concrete mixture is made manually with a composition 1 cement: 3 sand: 2 gravel; Brick size 4.35 cm x 12.036 cm x 23.902 cm class criteria M-6 module. Laboratory material test results showed: steel reinforcement diameter O 10 mm obtained tensile strength (fy) 401.52 Mpa; O12 mm diameter obtained tensile strength (fy) 393,736 M.Pa; concrete have average compressive strength of 181 kg/cm 2 ; brick test have average compressive strength of 20.03 kg/cm 2 . The conclusion of contruction practices on non-engineered buildings in earthquake prone areas are adequate on major earthquake, the quality of construction concrete and reinforcing steel are fulfilling the criteria and requirements of the Indonesian National Standard, but quality of material brick is not adequate standar.

Highlights

  • Bantul Regency is a region with high level of seismic activity in Indonesia

  • This study aims to know contruction practices and material examination on nonengineered buildings in earthquake prone areas in accordance with the Indonesian National Standard

  • Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, D.I Yogyakarta

Read more

Summary

Tahapan perencanaan

Rumah yang diteliti tidak direncanakan berdasarkan prinsip perencanaan. Hal ini dibuktikan perencanaan tanpa menggunakan Detail Engineering Design (DED), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan spesifikasi teknis. Bentuk bangunan yang diamati oleh peneliti merupakan bentuk bangunan yang baik yang mempunyai bentuk simetris (bujur sangkar) dan mempunyai perbandingan sisi yang baik yaitu panjang < 3 kali lebar, ini dimaksudkan untuk mengurangi gaya puntir yang terjadi pada saat gempa terjadi. Untuk bangunan yang panjang dapat dilakukan pemisahan ruangan (dilatasi) sehingga dapat mengurangi efek gempa dan juga harus diperhatikan bukaan seperti jendela dan pintu tidak boleh terlalu besar. Karena prinsip utama dasar bangunan tahan gempa adalah setiap komponen struktur bangunan harus terikat dengan kuat satu dengan lainnya, ikatan tersebut mulai dari pondasi dengan sloof, sloof dengan kolom praktis, kolom praktis dengan ring balok, dan ring balok dengan kuda-kuda. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa lebih bauk karena efek torsi atau momen puntir dan kekuatannya yang lebih merata. Perlunya sistem konstruksi yang penahan beban yang memadai supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia harus dapat disalurkan dari tiaptiap elemen struktur

Tahap pelaksanaan
Tahap Pengawasan
Pengujian Batu bata
Pengujian Baja Tulangan
Kubus Beton
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call