Abstract

Indonesia memiliki keragaman budaya dan setiap budaya memiliki ciri khas masing-masing dan budaya-budaya tersebut tidak bisa di hilangkan. Suku Tenggeradalah salah satu daerah yang memiliki keistimewaan dengan budayanya yang disebut entas-entas, Budaya ini merupakan ritual yang diadakan untuk memperingati kematian dan untuk memohon kepada Sang Maha Agung agar arwah yang telah meninggal mendapat tempat yang baik. Agama Kristen perlu memiliki misi untuk mengkomunikasikan Kristus kepada Suku Tengger. Misi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dialog apologetik. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi dan teologis. Pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi alkitab. Dialog apologetis disusun berdasarkan teori conversational evangelism dari Geisler. Dialog apologetik juga mengacu pada teori God and Culture dari Richard Neighbour. Dialog apologetik yang disusun dalam suatu dialog imajiner yang dapat dikembangkan dan dipraktikan oleh setiap orang percaya. Tujuan penulisan ini adalah memperoleh Model Dialog imajiner sebagai model untuk mengkomunikasikan Kristus pada masyarakat Tengger. Dialog apologetis yang dihasilkan berupa 12 butir pertanyaan model bertanya dan mengarahkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu dialog pra-penginjilan yang efektif menjangkau masyarakat yang menghidupi kebudayaan terkhusus masyarakat Tengger.

Full Text
Paper version not known

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.