Abstract

Pantang Larang merupakan suatu tradisi yang berisikan berbagai aturan hidup dan larangan bagi masyarakat Melayu Sekadau. Keberadaan tradisi pantang larang menjadi sebuah warisan leluhur yang dipertahankan hingga saat ini meskipun eksistensinya mulai berkurang seiring dengan perkembangan dan dinamika zaman. Adanya tradisi pantang larang idealnya dapat menjadi pengingat akan pentingnya memahami nilai normative dan kepercayaan terhadap hal-hal lain di luar diri manusia sehingga muncul adanya larangan atau pantangan dalam tradisi pantang larang tersebut. Tradisi pantang larang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat Melayu Sekadau sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan, sebagai sarana untuk saling mengingatkan, hingga mendorong perubahan bagi generasi berikutnya. Pepatah dalam tradisi pantang larang terdiri atas 5 jenis klasifikasi berkaitan dengan waktu, tempat, jenis kelamin, keselamatan jiwa, hingga aktivitas/perilaku manusia. Dari struktur kalimatnya, pepatah dalam tradisi pantang larang memiliki 2 jenis, yaitu pepatah dengan 2 struktur (sebab dan akibat), dan pepatah dengan 3 struktur (tanda, perubahan yang terjadi, dan akibat). Pantang larang is a tradition that contains various rules of life and prohibitions for the Sekadau Malay community. The existence of the abstinence and prohibition tradition is an ancestral heritage that is maintained to this day, although its existence is starting to wane along with the development and dynamics of the times. The existence of the abstinence and prohibition tradition can ideally be a reminder of the importance of understanding normative values ​​and beliefs in things other than humans so that prohibitions or taboos emerge in the abstinence and prohibition tradition. The abstinence and prohibition tradition plays a key role in the lives of the Sekadau Malay people as a guide in living life, as a means to remind each other, and to encourage change for the next generation. The adage in the abstinence and prohibition tradition consists of 5 types of classification relating to time, place, gender, safety of life, and human activity/behavior. From the sentence structure, proverbs in the pantang larang tradition have 2 types, namely proverbs with 2 structures (cause and effect), and proverbs with 3 structures (signs, changes that occur, and consequences).

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call