Abstract
Friendly peatland utilization is often regarded as ‘difficult’, ‘adding new cost,” and ‘unfavorable’ to the cultivated crops. Such views appear to restrain farmers in general to adopt friendlier methods in utilizing peatlands. In response to the call for improving their practices farmers often demand proven peat-friendly but profittable practices. Therefore, convincing evidences, such as successful farmers with such practices as models, are needed. In one of villages in Siak regency, Riau Province, we encountered a farmer figure that is potentially promoted as a model in this regard. However, after evaluating what he really practiced, we found that some improvements were needed to make his practices truly peat friendlier. Our paper concerns the results of our interactions with this figure in order to improve the: (a) control of groundwater level; (b) prevention of peat decomposition; (c) prevention of peat subsidence; (d) reduction of carbon emission; (e) diversification of the farm’s products; (f) aesthetic value of the farm; and (g) promotion to potential visitors and market the farm’s products.
Highlights
Peatland utilization is often regarded as ‘difficult’, ‘adding new cost,” and ‘unfavorable’ to the cultivated crops
After evaluating what he really practiced, we found that some improvements were needed to make his practices truly peat friendlier
Success in agricultural transformation: What it means and what makes it happen
Summary
Pakde Indra datang ke Riau pada awal tahun 1990an. Ia menyusul istrinya yang sudah lebih dahulu berangkat mengikuti keluarga kakaknya yang menjadi transmigran dan ditempatkan di afdeling 6 Desa Sialang Sakti, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Suami-istri yang berasal dari Mojokerto, Jawa Timur, yang pada waktu itu sudah beranak satu ini mengawali hidup mereka dengan menumpang, menempati satu rumah ke rumah lainnya, dan bekerja sebagai buruh harian selama bertahun-tahun. Pada tahun 1996 istri Pakde memutuskan berhenti bekerja sebagai buruh harian dan memulai jualan sate ayam dan sate kambing, yang ternyata cukup laris sehingga usaha ini berlanjut sampai dengan akhir tahun 2019 lalu. Pakde bahkan bisa membeli sebidang lahan kebun sawit di Teluk Merempan pada tahun 2012. Hal ini membuatnya tak pernah berhenti mencoba berbagai hal, terutama setelah pada tahun 2012 ia mulai menggarap lahan di Teluk Merempan yang saat ini ia tempati beserta istrinya. Produk kebun mengalami diversifikasi dari hanya satu (kelapa sawit) menjadi 15 jenis produk, termasuk yang berupa medium tanam dengan campuran pupuk organik ramuan Pakde sendiri.
Sign-in/Register to view highlights & summary Sign-in/Register to access full text options 
Free) 
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
Schedule a call
