Abstract

Conflict is a condition that characterized by the pull of interests. Conflict is not always result a negative effects on the individual. Accuracy in regulating the conflict determines the effects of the conflict. Johnson & Johnson (2014) divides conflict management into two major classifications, such as, constructive or destructive conflict management. The aim of the study is to know the conflict management tendence in university student. The study involved 164 college students. The measurement done with conflict management conflict scale. The results showed that subjects generally have a tendency constructive conflict management. This can be shown from the average of constructive conflict management style more than in the management destructive conflict style. It means students tend to be more able to address and deal with its conflicts well. However, after review of the differences the study period, the first year students was a student of conflict tend to have a more destructive force than the students who entered the second or third study. It reveals that study in campus can be good for ability of conflict management.

Highlights

  • Mochammad Sulaiman Zuhdi Fakultas PsikologiAbstrak Konflik kondisi yang ditandai dengan gesekan antar pihak. Konflik tidak selalu menghasilkan akibat yang negatif.

  • Adapun kelompok anti kekerasan cenderung meyakini bahwa kekerasan tidak akan mampu mencapai kebaikan yang diharapkan, sehingga penggunaan kekerasan dirasa tidak bermanfaat dan tidak adil (Forsyith, 2010), maka gaya managemen konflik menjadi penting untuk dibahas pada level mahasiswa.

  • Di sisi lain destruktif mempunyai kecenderungan menghadapi konflik dengan cara yang tidak berpihak penyelesaian secara positif serta cenderung menganggap konflik adalah masalah yang negatif.

Read more

Summary

Mochammad Sulaiman Zuhdi Fakultas Psikologi

Abstrak Konflik kondisi yang ditandai dengan gesekan antar pihak. Konflik tidak selalu menghasilkan akibat yang negatif. Adapun kelompok anti kekerasan cenderung meyakini bahwa kekerasan tidak akan mampu mencapai kebaikan yang diharapkan, sehingga penggunaan kekerasan dirasa tidak bermanfaat dan tidak adil (Forsyith, 2010), maka gaya managemen konflik menjadi penting untuk dibahas pada level mahasiswa. Di sisi lain destruktif mempunyai kecenderungan menghadapi konflik dengan cara yang tidak berpihak penyelesaian secara positif serta cenderung menganggap konflik adalah masalah yang negatif. Konfrontatif, ”ketika saya tidak setuju dengan anggota kelompok yang lain, saya menuntut meraka untuk merubah pendapatnya agar sesuai dengan pendapat saya”; menolak, “jika seseorang tidak setuju dengan pendapat saya, saya merasa terluka dan ditolak”; menghindar: “saya mencoba menghindari perdebatan”; argumentatif: “saat orang lain tidak setuju dengan saya, maka saya akan menjelaskannya dari berbagai sudut pandang”; konfirmasi “ketika saya tidak setuju dengan orang lain, saya berusaha mengungkapkan dengan sopan”; problem solving: “saat orang lain tidak setuju dengan saya, saya menganggap bahwa kondisi ini adalah kesempatan untuk belajar bernegosiasi” Dari penelitian ini diperoleh nilai alpha Cronbach pada sub skala gaya managemen konflik menghindar sebesar 0,539; gaya managemen konflik menang kalah sebesar: 0,710; gaya managemen konflik menolah sebesar 0,711; gaya managamen konflik konfirmatif: 0,441; gaya managemen konflik argumentatif sebesar 0,547; gaya managemen konflik problem solving sebesar 0,617.

Gaya Konflik Destruktif Konstruktif
Minimum Maximum
Perbedaan Gaya Konflik
Masa Studi
Findings
DAFTAR PUSTAKA
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call