Abstract

Abstrak
 Artikel ini mengkaji dan menganalisis Tari Sanghyang Dedari yang mengalami komodifikasi di Desa Bona. Sebagai salah satu seni sakral yang dipentaskan dalam keadaan kerasukan, pada awalnya Tari Sanghyang dipentaskan hanya untuk keperluan spiritual, namun kini tari Sanghyang mengalami komodifikasi di era globalisasi seiring perkembangan pariwisata dan IPTEK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan phenomenology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Sanghyang yang terdapat di Desa Bona hanya tari Sanghyang Dedari saja, tari ini masih dilaksanakan secara rutin dari dulu hingga sekarang hanya di Pura Desa Bona, selain itu sebagai kebutuhan pariwisata tari Sanghyang juga dipentaskan di hotel-hotel sebagai tari pertunjukan yang direkonstruksi dengan adanya unsur tambahan seperti iringan kecak. Secara garis besar terdapat persamaan dan perbedaan tari Sanghyang sebagai tari sakral dan sebagai tari pertunjukan. Persamaannya adalah penari dipilih dengan kriteria yang masih suci dan pakaian yang digunakan tidak berbeda, sedangkan pebedaannya terletak pada proses persiapan hingga tarian dilaksanakan, instrumen yang digunakan, durasi dan iringannya.
 
 Kata kunci: Rekonstruksi, Tari Sangyang Dedari, Komodifikasi.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call