Abstract

Atma Prasangsa merupakan proses perjalanan roh atau jiwa dari semasa seseorang masih hidup hingga mencapai moksa. Dalam kehidupan sehari-hari, penata menghubungkan arti dari Atma Prasangsa tersebut dengan pengalaman pribadi penata yang kehilangan seorang kakek yang bernama I Wayan Ngarda. Melihat fenomena tersebut, penata mengangkat Atma Prasangsa untuk dijadikan sebuah judul komposisi karawitan dalam bentuk tabuh kreasi. Karena keterbatasan alat dan pendukung dari pihak mitra yang diakibatkan kerena even Pesta Kesenian Bali, maka penata memutuskan untuk melakukan peminjaman gamelan Angklung sebagai media ungkap dalam garapan ini di Banjar Kayutulang Canggu. Karya Atma Prasangsa ini bertujuan sebagai penghormatan untuk almarhum dari kakek penata sendiri. Gamelan Angklung tergolong gamelan yang berlaras selendro empat nada. Garapan ini menggunakan struktur bagian-bagian dan diputuskan menggunakan lima bagian. Adapun penonjolan yang penata buat untuk memfokuskan ide penata kedalam garapan yaitu pada bagian dua dan bagian keempat yang dimana bagian tersebut menggambarkan kesedihan dan mengikhlaskan kepergian dari kakek penata sendiri. Durasi dari keseluruhan garapan ini berkisar 12 menit. Semoga dengan adanya garapan ini masyarakat bisa mengikuti pembaharuan dalam seni karawitan khususnya pada gamelan Angklung.

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call