Abstract

Berdasarkan BNPB, korban tanah longsor pada tanggal 22 Februari 2018 sejumlah 11 Orang meninggal dan 7 orang hilang. Longsor terjadi akibat kemiringan lereng yang curam serta bentuk material geologi yang berupa napal sehingga dapat dijadikan sebagai bidang gelincir gerakan tanah. Pengolahan data Peta geologi dan tutupan lahan berupa shapefile dilakukan clip pada daerah penelitian. Penetapan tingkat kerawanan kawasan longsor di daerah penelitian didasarkan kepada model pendugaan kawasan rawan tanah longsor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/DVMBG (2004).Skor = (30 % x faktor kelas curah hujan) + (20% x geologi) + (20 % x faktor kelas Erodibilitas) + (15% x penggunaan lahan) + (15 % x faktor kelas lereng). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, daerah rawan longsor tertinggi berada di desa ciputih seluas 943 Ha dan wanoja dengan luas 684 Ha, daerah berkawasan sedang longsor berada di desa citimbang seluas 893 Ha dan wanoja seluas 708,37 Ha. Sedangkan daerah rendah longsor berada di desa Salem seluas 1193 Ha. . Faktor yang berpengaruh paling besar yaitu kemiringan lereng 46 % dan Erodibilitas 35 %. Kedua parameter ini berpotensi menyebabkan longsor.

Highlights

  • Based on BNPB, victims of landslides on February 22, 2018 a total of 11 people died and 7 people were missing

  • so that it can be used as a field of sliding ground movements

  • Data processing Geological maps and land cover in the form of shapefiles were cliped in the study area

Read more

Summary

Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari beberapa proses untuk mendapatkan parameter-parameter penyebab tanah longsor. Peta Erodibilitas, geologi dan tutupan lahan berupa shapefile dilakukan clip pada daerah penelitian. Pengolahan curah hujan dilakukan dengan membuat poligon Thiessen dari 9 stasiun penakar curah hujan di daerah penelitian. Pengolahan Foto Udara dari Google Earth dilakukan klasifikasi unsupervised yang dikelaskan menjadi 6 kelas tutupan lahan yaitu hutan, sawah, semak, pemukiman, kebun dan tanah kosong. Kemiringan DEMNAS dikelaskan menjadi 5 kelas.Kemiringan ekstraksi DEMNAS data berupa raster karena itu harus diubah menjadi data shapefile dengan cara reclassify untuk mendapatkan info table kemiringan kemudian dilakukan convert raster to polygon. Setelah diperoleh parameter – parameter tanah longsor kemudian dilakukan pemberian skor pada masing-masing kelas dan bobot pada masing-masing parameter kemudian dioverlaykan.Analisa daerah potensi rawan longsor didasarkan pada nilai total skor pada masing-masing area.

Curah Hujan Sebagai Pemicu Longsor
Tutupan Lahan
DAFTAR PUSTAKA
Soil and
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call