Abstract

This article discusses Malay poems, especially as reflected in the syair of the Riau region, which have been classified as history poems. Two syair , Syair Kisah Engku Puteri and Syair Sultan Mahmud di Lingga , which each concern characters from the royal court of Riau—Engku Puteri Raja Hamidah and Sultan Mahmud Muzaffar Shah—will be focused upon. Tales about these two characters also appear in the historiographical text Tuhfat al-Nafis . On the whole, history poems are about events such as wars, travels, deaths and marriages, and concern particular historical figures with the aim that these events are recorded. Using the concept of cultural memory to explore the relationship between history poems and memory, this article shows that the writers of both syair use their individual memories in their works. This is done in order to retain and store a private remembrance, and transforming it to produce a collective remembrance while shaping the public view of a fragment of history not captured in Tuhfat al-Nafis . Keywords: history poems, individual memory, collective memory, cultural memory, Syair Kisah Engku Puteri, Syair Sultan Mahmud di Lingga Abstrak Makalah ini membicarakan kepenyairan Melayu khususnya terhadap syair- syair Riau yang dijeniskan sebagai syair sejarah. Penelitian ditumpukan pada Syair Kisah Engku Puteri dan Syair Sultan Mahmud di Lingga yang masing-masing melibatkan dua tokoh istana Riau, iaitu Engku Puteri Raja Hamidah dan Sultan Mahmud Muzaffar Syah. Kisah kedua-dua tokoh ini juga disebut dalam teks historiografi Tuhfat al-Nafis . Secara umumnya, syair sejarah mengisahkan peristiwa tentang peperangan, pelayaran, kematian, dan perkahwinan yang naratifnya berkaitan dengan tokoh tertentu dalam sejarah dengan tujuan agar peristiwa tersebut dapat dirakam. Dengan menggunakan konsep memori budaya untuk meneroka hubungan antara syair sejarah dengan ingatan, makalah ini menunjukkan bahawa pengarang kedua-dua syair tersebut menggunakan ingatan peribadi dalam karya mereka. Hal ini merupakan suatu usaha untuk memelihara dan menyimpan kenangan peribadi yang kemudiannya menghasilkan sebuah kenangan kolektif lalu membentuk pandangan khalayak terhadap fragmen sejarah masa lalu yang tidak terungkap dalam naratif Tuhfat al-Nafis . Kata kunci: syair sejarah, kenangan peribadi, kenangan kolektif, memori budaya, Syair Kisah Engku Puteri , Syair Sultan Mahmud di Lingga

Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call